Unik, di Wonogiri Les Bahasa Bayarnya Cukup Pakai Sampah

SetyoNt - Jumat, 03 Maret 2023 22:36 WIB
Unik, di Wonogiri Les Bahasa Bayar Cukup Pakai Sampah (Jatengaja.com/dok.jatengprov.go.id)

Wonogiri, Jatengaja.com - Anak-anak TK dan SD di Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri tidak perlu mengeluarkan uang untuk biaya les bahasa, hanya cukup membawa sampah.

Les bahasa berbayar sampah (Lebah) ini digagas Bank Sampah Berseri (BSB) di Desa Krandengan, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri.

Siswa yang datang untuk belajar tidak perlu membawa uang untuk pembayaran, namun cukup membawa sampah rumah tangga yang kemudian dikumpulkan kepada pengelola BSB di lokasi Rumah Darling (Sadar Lingkungan) besutan BSB.

“Anak-anak boleh membawa sampah apa saja, bahkan hanya membawa satu botol plastik bekas air mineral, kami terima sebagai sarana pembayaran les. Bawa sampah satu plastik besar juga pasti kami terima dengan senang hati. Sampah yang terkumpul nantinya dikelola oleh tim BSB untuk diolah atau didaur ulang, sehingga memiliki nilai ekonomi lebih,” kata Koordinator BSB, Riyanto dilansir dari jatengprov.com.

Les bahasa yang diberikan, lanjut Riyanto adalah mata pelajaran dengan tiga pelajaran unggulan, yakni Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan teknik pengelolaan sampah mandiri bagi anak-anak.

“Pengajarnya adalah relawan komunitas BSB yang juga guru di sekolah daerah setempat. Siswa yang terdaftar mengikuti Lebah BSB sebanyak 225 anak,” ujarnya.

Riyanto menuturkan, telah melakukan berbagai upaya dan inovasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat, terkait pengelolaan sampah yang baik dan menghasilkan nilai ekonomi.

Beberapa inovasi telah berhasil diciptakan oleh BSB salah satunya adalah Rumah Sabun yakni mengelola limbah minyak jelantah (bekas minyak goreng) menjadi sabun cuci piring. Sabun ini sudah berhasil dipasarkan sampai Ponorogo dan Surabaya.

Inovasi lainnya Garputala yaitu pengelolaan sampah plastik godongan yakni sampah bekas kemasan jajanan/kudapan/makanan ringan seperti chiki, wafer, bungkus permen, dan sebagainya.

Serta Rumah Darling (Sadar Lingkungan) yang menjadi lokasi pusat kegiatan BSB serta melakukan pengelolaan maggot, pupuk biopori, dan pupuk gazebo.
“Rumah darling juga menjadi lokasi les anak-anak, dan lokasi pelayanan BSB apabila ada tamu yang datang berkunjung, untuk mencari informasi terkait pengelolaan sampah terpadu kami,” ujar Riyanto.

Menurut Riyanto, BSB juga bekerja sama dengan 24 sekolah (TK, SD, SMP, dan SMA/SMK) di Kecamatan Bulukerto, dalam upayan pengelolaan Bank Sampah Umum.

Seluruh sampah yang dihasilkan oleh sekolahan tersebut diambil dan diangkut oleh tim BSB, kemudian diolah sesuai jenisnya.

“Kami baru saja meluncurkan program Gombalia lestari, yakni kegiatan untuk mengelola kain perca menjadi berbagi produk memiliki nilai ekonomi, seperti topi, baju, celana, dan lainnya. Bekerjasama dengan manajemen wisata Goa Resi telah dipasarkan di Klaten, Ponorogo, dan Jakarta,” jelasnya.

Riyanto menambahkan berbagai ide dan inovasi yang diciptakan BSB bertujuan mengurangi timbunan sampah, dan mengajak masyarakat untuk mengelola dan mendaur ulang sampah sehingga memiliki nilai ekonomi.

“Berharap apa yang sudah dilakukan BSB memiliki dampak bagi kelestarian lingkungan dan kelangsungan hidup manusia, khususnya masyarakat di wilayah Kecamatan Bulukerto,” katanya. (-)

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS