SMK Negeri Jateng Buka Kelas Khusus Magang ke Jepang
Semarang, Jatengaja.com - SMK Negeri Jawa Tengah (Jateng) mulai tahun ajaran baru 2022 membuka kelas magang ke Jepang untuk sebanyak 40 siswa.
Mereka yang lolos seleksi bisa berkuliah sambil kerja di Negeri Sakura serta berpeluang diterima kerja pada perusahaan di Jepang selesai belajar.
Wakil Kepala SMK Negeri Jateng Bidang Humas dan Kerjasama, Heri Purnomo mengatakan, kelas itu bekerjasama dengan LPK PT Kebon Teknologi Indonesia.
- Kartu Prakerja Gelombang ke-36 Dibuka, Berikut Syarat dan Cara Mendaftar
- Jet Tempur F/A-18 Super Hornet Milik AL Amerika Terlempar ke Laut, Ini Penyebabnya
- Tercatat 41 Jemaah Haji Indonesia 2022 Meninggal di Arab Saudi
- Bupati Semarang Minta Pelayanan Puskesmas Terus Ditingkatkan
- Akselerasi Menuju Aset Rp 1 Triliun pada 2022, Kantor Pusat Baru BPR Arto Moro Resmi Beroperasi
“Nantinya akan dilaksanakan kelas persiapan bahasa dan pengenalan budaya Jepang, kepada calon siswa magang,” katanya, Selasa (12/7).
Program magang ke Jepang ini, lanjut Heri merupakan pilot project yang akan dilaksanakan awal semester 2022.
“Ini merupakan bentuk kerja sama kelas industri magang ke Jepang, dari siswa kelas 11 bertalenta dan semangat kerja serta kuliah. Kita seleksi 40 orang. Kemudian akan mengikuti pendidikan bahasa dan budaya Jepang selama setahun, di luar jam belajar sekolah," ujarnya.
Terkait kurikulum dan dukungan laboratorium kerja, Heri mengatakan SMK Negeri Jateng cukup kapabel dibuktikan dengan beberapa lulusan ada yang telah bekerja di Negeri Matahari Terbit.
Boarding Schooll gratis yang dibiayai oleh APBD Jawa Tengah ini, memiliki beberapa alat-alat modern yang menjadi standard industri. Di antaranya, mesin CNC (Computer Numerical Control), yang dapat mencetak logam sesuai yang pemrograman komputer.
Selain itu, budaya kerja Jepang pun dibentuk di sekolahan, dengan memasang tanda atau istilah dalam bahasa Jepang. Seperti poster budayakan 5K Ketelitian (Seiri), Kerapihan (Seiton), Kebersihan (Seiso), Kesegaran (Seiketsu) dan Kedisiplinan (Shitsuke).
"Perlengkapan di sini mendukung di dunia kerja. Anak-anak kami tak kalah saing melaksanakan kerja di Jepang. Cuma memang perlu dibekali bahasa Jepang dan gaya hidup di sana. Lulusan kami ada yang sudah 3 dan 4 tahun kerja di Jepang, ada yang kerja di pabrik per-cast, hingga mampu membelikan rumah, sawah untuk orang tua di kampung halaman,” jelas Heri.
Calon peserta kelas magang Jepang, Ninik Ganjarwati menyatakan, antusias mengikuti program tersebut karena merupakan idola saat kali pertama menonton anime.
"Ingin membantu orang tua juga. Pengin menimba ilmu, saya pribadi juga senang dengan negara Jepang," ujar siswi Kelas Bisnis Konstruksi dan Properti itu.
Senada dikatakan siswa lainnya Joven yang sangat senang belajar dan bekerja ke Jepang sudah bulat. “Saya sudah direstui kedua orang tua. Pesannya cuma saya suruh salat istikharah, kalau punya pilihan,” katanya. (-)