Riset Women’s World Banking, Pelaku Usaha Ultra Mikro Masih Bersifat Informal dan Belum Memiliki Pengelolaan Usaha yang Baik

Sulistya - Kamis, 11 Agustus 2022 12:30 WIB
Guna merancang program kemandirian segmen ultra mikro Pusat Investasi Pemerintah bekerjasama dengan Women’s World Banking mengadakan forum diskusi bertema ‘Membuka Potensi Menuju Kemandirian Perempuan Pengusaha Ultra-Mikro di Indonesia’.

Jakarta, Jatengaja.com - Agnes Salyanti darai Research Lead Asia Tenggara untuk Women’s World Banking mengatakan, Women’s World Banking melakukan kajian yang melibatkan lebih dari 1.300 responden untuk memotret karakteristik pelaku usaha ultra mikro.

Dikatakan, pengenalan karakteristik yang tepat akan bisa membantu merancang produk layanan keuangan yang tepat. Berdasarkan hasil riset, karakteristik pelaku usaha ultra mikro didominasi oleh entrepreneur by necessity yang usahanya lebih bersifat informal, masih belum memiliki pengelolaan usaha yang baik.

“Riset juga menemukan bahwa tabungan memiliki peran yg penting untuk membantu pelaku usaha bertahan ketika ada goncangan perekonomian,” tuturnya.

Hal itu diutarakan Agnes saat menjadi pembicara diskusi bertema ‘Membuka Potensi Menuju Kemandirian Perempuan Pengusaha Ultra-Mikro di Indonesia’ yang diadakan Pusat Investasi Pemerintah bekerjasama dengan Women’s World Bankingdi Jakarta.

Diskusi menghadirkan Agnes Salyanty – Research Lead Asia Tenggara untuk Women’s World Banking, Eddy Satriya – Deputi Bidang Usaha Mikro, Kemenkop UKM, In in Hanidah dari Oorange Unpad, Dwi Yuliawati Faiz - Head of Programmes UN Women, dan Palmira P Bachtiar - Peneliti Senior SMERU.

Adapun Eddy Satriya, Deputi Bidang Usaha Mikro Dirjen Pemberdayaan Sosial Kemensos, menyampaikan mengenai tantangan pengembangan UMKM, fokus pemberdayaan dan Pengembangan UMKM, serta upaya-upaya yang dilakukan untuk pemberdayaan pelaku UMKM perempuan.

Pemberdayaan Perempuan

Upaya-upaya pemberdayaan UMKM perempuan antara lain melalui dukungan kelembagaan dan pelatihan koperasi yang akan melayani UMKM perempuan, pelatihan kewirausahan, pendampingan, dukungan akses pemasaran, serta memperluas akses Pembiayaan.

In in Hanidah dari Oorange Unpad memberikan tanggapan bahwa pembelajaran dari tinjauan akademis untuk pengusaha mikro perempuan ini adalah proses pendampingan langsung, dengan pendekatan yang intensif disesuaikan profil sasaran.

Sementara itu Dwi Faiz selaku Head of Programmes UN Women menyampaikan bahwa kemandirian perempuan adalah kemampuan perempuan dalam mengambil keputusan. Menurutnya, 50% wirausaha perempuan selalu melibatkan laki-laki dalam mengambil keputusan. Sedangkan hanya 43% wirusaha laki-laki yang melibatkan perempuan dalam mengambil keputusan.

Palmira P Bachtiar - Peneliti Senior SMERU menyampaikan tanggapan bahwa partisipasi perempuan pelaku usaha mikro di ekosistem ekonomi digital dapat memperkuat ketahanan rumah tangga, namun perlu upaya membangun mindset dan kepercayaan terhadap ekosistem digital, penurunan biaya transaksi dan pemberian pelatihan atau pendampingan yang efektif.

Dari diskusi panel tersebut, terdapat 3 point penting dalam Membuka Potensi Menuju Kemandirian Perempuan Pengusaha Ultra-Mikro yaitu adanya pendampingan yang intensif dan komprehensif, program yang terintegrasi dalam ekosistem yang saling mendukung, dan program yang berkelanjutan. (-)

Editor: Sulistya

RELATED NEWS