Magelang, Jatengaja.com – Sebanyak 16 kelompok dari semua dusun di Desa Ngawen, Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengikuti Kirab Sego Wiwit.

Sego Wiwit tersebut dikirab dengan jarak kurang dari satu kilometer, menuju Kompleks Candi Ngawen di wilayah tersebut.

Kali ini, Kirab Sego Wiwit tersebut bukan digelar pada kegiatan Festival Desa Ngawen, tetapi dalam rangkaian Waisak 2023 pada ajang kegiatan Festival Bumi Mandala.

Kepala Desa Ngawen, Ndaru Hapsari dalam keterangan persnya mengatakan, Festival Bumi Mandala tahun kedua digelar selama tiga hari, mulai 1-3 Juni 2023. Festival itu telah menjadi agenda tahunan, hasil kerja sama dengan Tim Waisak.

“Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan tradisi Sego Wiwit kepada peserta dan pengunjung Festival Bumi Mandala, dalam skala nasional dan internasional, atau mancanegara,” ucap Ndaru Hapsari.

• Pemkot Semarang 7 Kali Raih Opini WTP
• Berikut Hal-hal yang Membuat HP Android Jadi Makin Lambat
• PSIS Tetap Bisa Berlatih di Stadion Citarum
• SIG Raih Bisnis Indonesia Award 2023
• Implementasi UU P2SK, BPR Seharusnya Dilibatkan sebagai Penyalur KUR

Dikatakan, Sego Wiwit mempunyai arti Nasi Wiwit (mengawali), yang dibuat untuk mengawali masa panen. Prosesi tersebut merupakan bentuk rasa syukur, agar petani dikaruniai hasil panen yang melimpah. Dan tradisi tersebut masih terjaga hingga saat ini.

Sego Wiwit yang dikirab dalam bentuk tumpeng, terdiri atas nasi putih, ingkung ayam, aneka sayuran rebus dan jajan pasar. Kemudian ditambah pepes yuyu atau kepiting sawah dan sompil (keong kecil). Adapun sayuran rebus kemudian disajikan bersama kelapa parut bumbu kluban atau urap.

“Untuk yuyu dan sompil diambil dari sungai atau sawah, yang menjadi habitat kedua hewan tersebut. Karena semua unsur Sego Wiwit diambil dari alam yang menjadi lahan pertanian, dan 60 persen tanah di Desa Ngawen adalah lahan pertanian,” tutur Ndaru.

Dijelaskan, Kirab Sego Wiwit di Festival Bumi Mandala bertujuan memperkenalkan Sego Wiwit kepada tamu nasional dan internasional. (-)