Rabu, 15 November 2023 08:23 WIB
Penulis:Sulistya
Editor:Sulistya
Jakarta, Jatengaja.com - Berdasarkan hasil kajian bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), hingga kini restoran Indonesia yang beroperasi di Belanda menjadi yang terbanyak dibandingkan negara-negara lain.
“Berdasarkan hasil kajian dapat kami sampaikan bahwa di dunia, restoran Indonesia paling banyak di Belanda sebanyak 295 restoran, Australia sebanyak 162 restoran, Amerika Serikat 89 restoran, Malaysia 70 dan Jepang ada 66 restoran,” kata Deputi Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Dessy Ruhati, dalam The Weekly Brief with Sandi Uno pada Senin, 13 November 2023.
Dessy menyampaikan hasil kajiannya yang menunjukkan usaha kuliner khas Indonesia di luar negeri memiliki pola yang serupa, di mana pemilik restoran juga berperan sebagai pengelola.
Dikutip dari www.trenasia.com, Restoran Indonesia yang beroperasi di luar negeri memiliki berbagai bentuk, seperti restoran konvensional, pop up, all you can eat, dan cloud kitchen, dengan mayoritas pelanggan adalah warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri serta penduduk lokal.
Dessy mencatat omzet rata-rata setiap restoran tersebut kurang dari Rp300 juta. “Berdasarkan responden yang telah kami lakukan penelitian dengan jumlah 28 restoran di luar negeri, masing-masing mayoritas restoran miliki omzet sekitar kurang dari Rp300 juta itu 43 persen dan besaran pembiayaan yang dibutuhkan sekitar Rp1-5 miliar,” ujar Dessy.
Tercatat pelaku usaha yang ingin membuka restoran Indonesia baru atau memperluas restoran yang ada membutuhkan bantuan pinjaman dengan tenor atau masa pinjam selama satu hingga lima tahun dengan bunga pada kisaran 1-3 persen.
Untuk mencapai target 4.000 restoran Indonesia yang berjejaring di luar negeri pada tahun 2024 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, Dessy mengakui masih terdapat kendala terkait pasokan bahan baku khususnya rempah-rempah Indonesia.
Dessy juga menyampaikan rencana untuk berkoordinasi dengan berbagai deputi guna memasarkan berbagai rempah Indonesia di pasar Eropa yang dianggap sebagai pasar potensial di sektor pariwisata.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan BRIN Zamroni Salim menyampaikan hasil kajian dari BRIN yang menyebutkan perlunya eksportir khusus bumbu atau rempah Indonesia ke luar negeri untuk memasok restoran di dunia.
Zamroni menekankan dari segi pembiayaan, Penugasan Khusus Ekspor (PKE) bukanlah kebutuhan utama bagi eksportir. Sebaliknya, fokus harus diberikan pada program dalam Indonesia Spice Up The World (ISUTW) agar calon eksportir dapat memahami tuntutan dari negara tujuan ekspor, serta standar dan regulasi yang harus dipatuhi dalam proses ekspor.
“Dan yang perlu diperhatikan bahwa ada semacam hub. Harapan dari rekomendasi kami juga membentuk hub juga tapi hub bumbu-bumbu yang lebih lengkap bisa bentuknya didanai BUMN atau juga diserahkan kepada swasta dan ini perlu kajian lebih lanjut soal hub bumbu luar negeri,” ujar Zamroni. (-)
Bagikan