Ulama NU, Gus Muwafiq Tegaskan Agama Jangan Jadi Alat Pencabik Persatuan Bangsa

SetyoNt - Jumat, 19 Agustus 2022 20:38 WIB
Ulama NU, Gus Muwafiq (kanan) tegaskan agama jangan jadi alat pencabik-cabik persatuan bangsa (Jatengaja.com/dok. Humas Pemprov Jateng)

Semarang, Jatengaja.com – Ulama Nahdlatul Ulama (NU) KH Ahmad Muwafiq (Gus Muwafiq) menegaskan agama jangan dijadikan sebagai alat untuk pencabik-cabik persatuan bangsa.

“Makanya agama dijadikan landasan persatuan. Konsepnya dijaga betul, bahkan bila perlu dibiayai untuk membangun persatuan,” katanya pada Pengajian Peringatan Muharram 1444H/2022 di Gradhika Bhakti Praja Semarang, Jumat (19/8).

Acara dihadiri Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maemoen, Ketua MUI Jateng Ahmad Darodji, dan tamu undangan lain.

Lebih lanjut Gus Muwafiq mengatakan, di tengah krisis yang melanda dunia, persatuan menjadi tanggungjawab bersama untuk dijaga.

Para pendiri bangsa tidak mudah dalam membentuk konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sehingga dasar-dasar negara yang hingga kini dijaga penuh nilai Islam.

“Agama dijadikan landasan persatuan. Konsepnya dijaga betul, bahkan bila perlu dibiayai untuk membangun persatuan,” katanya.

Ulama berambut gondrong ini mencontohkan adanya acara halalbihalal setelah Idul Fitri yang hampir seluruh komponen masyarakat membiayai agar orang tetap bersatu setelah puasa.

“Itu butuh biaya. Manggil sound, makan, tenda butuh biaya. Tapi demi persatuan, dibiayai. Bahkan pergi haji dibiayai dengan walimatul syafar, kumpul semua. Makanya santri itu kalau pun nggak masak tetep makan, karena dibiayai. Itu bukti dan tidak ditemukan di negara lain,” ujar Gus Muwafiq.

Menurutnya orang yang tidak suka dengan konsep persatuan di Indonesia akan menjadi penyebab terjadinya perpecahan.

“Ini kehidupan persatuan dalam agama. Jadi jangan agama menjadi alat pemecah belah persatuan,” tegasnya.

Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo ditemui usai acara mengatakan, tausyiah dari Gus Muwafiq adalah gambaran besar kekhasan Indonesia yang punya ragam cara untuk bersatu.

“Tentu dengan kulturnya, dengan nilai-nilainya, dan itu dibiayai tanpa sadar. Orang mau pengajian, datang berbondong-bondong, maka kemudian menggerakkan semua,” katanya.

Kekuatan masyarakat dengan adat dan budayanya masing-masing, sambung Ganjar menjadi pondasi dalam menjaga persatuan. Sehingga harus ada yang menginisiasi terus menerus, tidak pernah berhenti dan saling mengingatkan.

“Di situlah kemudian orang akan saling memahami, mengerti, untuk tidak menyakiti. Itu nilai persatuan yang menurut saya secara kultural tadi beliau sampaikan bagus sekali,” ujarnya. (-)

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS