PLTS untuk Pesantren Mulai Beroperasi, Tekan Pengeluaran hingga 40%
Banjarnegara, Jatengaja.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memberikan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), salah satunya untuk Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin, Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang, Banjarnegara.
Bantuan PLTS yang dikerjakan September 2022 itu sudah bisa beroperasi. Dengan PLTS, Ponpes yang diasuh KH Muhammad Hamzah Hasan itu mampu berhemat 40 persen biaya kebutuhan listrik per bulan.
Perlu diketahui, berdasar catatan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah, pada 2021 sudah terbangun 995 kWp PLTS di Jawa Tengah, terdiri dari alokaso APBN 881 kWp, serta APBD provinsi dan kabupaten 114 kWp. Jumlah tersebut akan bertambah dengan sedang dibangunnya PLTS atap pada kawasan UMKM dan pondok pesantren.
- Pemprov Jateng Targetkan Penggunaan Energi Baru Terbarukan Bisa Capai 23%
- Banjir di Cilacap Surut, Warga Mulai Bersihkan Rumah dan Periksa Kesehatan
- BPR Arto Moro dan BPR Lestari Group Akan Inisiasi Kolaborasi Semua BPR
Ketua Ponpes Tanbihul Ghofilin, Ahmad Muhid Dwi mengatakan, bantuan PLTS dipasang di struktur bangunan rooftop aliran listrik yang tinggi, dan dapat menghasilkan daya 10.000 Kwh. Daya listrik yang dihasilkan digunakan untuk kebutuhan air bagi kegiatan para santri.
“Kami gunakan untuk penyaluran air, seperti pompa-pompa, karena di sini banyak sumber air yang kita sedot ke atas untuk kebutuhan air bagi santri,” ujarnya, Rabu (12/10/2022).
Kebutuhan air sangat penting bagi kegiatan para santri. Mulai dari wudhu, mandi, dan lainnya. Saat ini, jumlah santri putra dan putri di Ponpes Tanbihul Ghofilin mencapai 2.384 orang.
“Tanah di sini kan tidak rata. Jadi asrama santri di atas, tapi kegiatannya di bawah. Jadi, adanya daya listrik ini bermanfaat untuk pompa penyalur air,” katanya.
Daya 10.000 Kwh
Bantuan PLTS yang diberikan melalui program Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah tersebut, dapat menghasilkan daya 10.000 Kwh dalam dua bulan. Artinya, pihaknya sudah ditopang sebesar 40 persen dari biaya sebelum ada bantuan.
“Satu bulan biasanya pembayaran yang harus kita topang Rp2,4 juta sampai Rp2,6 juta. Sejak ada PLTS, kami hanya membayar Rp1,2 juta, dan kalau cuaca terang hanya Rp1,1 juta juga sudah pernah,” ujarnya.
- Kerap stress, Banyak Anak Muda Terserang Penyakit Jantung
- Sharing Season Digital Marketing Semarakkan Peresmian Wifi Corner Telkom Kutoarjo
- Semarak, Senam Bareng PKS di Kota Salatiga
Dari hasil berhemat biaya listrik tersebut, Ponpes Tanhibul Ghofilin mampu menyisihkan hingga Rp20 juta per tahun.
“Jadi selama satu tahun setidaknya memberikan donasi ke Ponpes minimal Rp10 juta sampai Rp20 juta. Ini sangat ada pengiritan anggaran sebesar 40 persen. Ini merupakan kepedulian Pemprov terhadap pendidikan pesantren,” katanya.
Sebagai informasi, upaya Provinsi Jawa Tengah dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) menjadi percontohan di tingkat nasional. Terbukti, secara khusus, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo diundang oleh Institute for Essential Services Reform (IESR), sebagai salah satu co-chair Civil20 (C20 Indonesia), untuk sharing keberhasilan pengembangan EBT dalam rangkaian acara G20 side event dan Energy Transition Working Group (ETWG) Meeting di Bali, Selasa (30/8/2022). (-)