Ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra Meninggal Dunia di Malaysia, Ini Biografinya

SetyoNt - Senin, 19 September 2022 00:01 WIB
Prof Azyumardi Azra

Jatengaaja.com - Kabar duka, Ketua Dewan Pers 2022-2025, Prof Azyumardi Azra meninggal dunia di Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia, Minggu 18 September 2022 pukul 12.30 waktu setempat. Almarhum Prof Azyumardi Azra meninggalkan seorang istri, Ipah Farihah dan empat anak.

Mantan rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Azyumardi Azra sempat mengalami gangguan kesehatan di pesawat terbang yang ditumpanginya saat menuju Malaysia.

“Benar. Saya konfirmasi ke istri beliau yang berada di sana. Sekarang jenazahnya sedang diurus kedutaan,” kata Ketua Komisi Penelitian, Pendataan, dan Ratifikasi Dewan Pers, Ninik Rahayu.

Menurut catatan wartawan senior yang juga anggota kehormatan PWI, Ilham Bintang, Prof Azyumardi Azra sempat dua hari dirawat di RS akibat terpapar Covid-19.

“Virus itu baru diketahui bersarang di tubuhnya saat ditangani di RS Serdang, Malaysia, Jumat (16/9/2022) petang. Diawali di atas pesawat dalam penerbangan ke Malaysia, sore itu Prof Azyumardi mendadak terserang batuk keras, panjang, disertai sesak napas,” tulis Ilham dalam memoar yang dipublikasikan melalui kanal media sosialnya dilansir dari ibukotaterkini.com jaringan Jatengaja.com.

Dari Bandara Azyumardi langsung dilarikan ke RS yang berjarak 35 km dari Kuala Lumpur.

“Semalam sudah dalam penanganan intensif tim medis RS Serdang,” kata Datuk Zakaria A. Wahab, wartawan senior, mantan Pemred Kantor Berita Bernama Malaysia dan Penasihat/Pendiri ISWAMI (Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia-Indonesia).

Sebelum bertolak ke Malaysia, Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra sempat mengadakan kunjungan kerja di Sumatera Barat, ke Bukittinggi dan mengunjungi keluarganya di Batusangkar sebelum bertolak ke Malaysia melalui Jakarta.

Hari Sabtu (17/9/2022), sedianya mantan Rektor UIN tersebut jadi salah satu pembicara dalam seminar internasional di Selangor bersama tokoh penting Malaysia, Anwar Ibrahim.

Saksi mata dalam penerbangan adalah Guru Besar Universitas Sumatera, Professor Budi Agustono. Ia dan istri sama-sama berangkat dari Bandara Soekarno Hatta dengan Azyumardi. Mereka sempat ngobrol sejak di bandara hingga di dalam pesawat. Semalam Budi membagi kisah yang dilihatnya dalam pesawat di grup WhatsApp wartawan.

“Dua puluh menit sebelum pesawat mendarat, saat saya, istri dan pak Azra sedang bercakap, tiba-tiba pak Azra batuk tanpa henti, tubuhnya berkeringat dingin. Saya minta dia minum air mineral. Saya memijat tubuhnya yang keringat dingin lalu meminta pramugari memasang selang oksigen di hidung dan mulut. Meski selang terpasang, sesak napasnya tak berhenti, malah tubuhnya bergerak ke kiri ke kanan di atas kursi pesawat.”

“Ketika pesawat parkir dan pintu pesawat dibuka menurunkan penumpang, saya dan istri mengurus kesehatan pak Azra yang diminta turun belakangan. Saya dan istri gelisah dan cemas melihat kesehatan pak Azra. Tidak lama sesudah itu kamu bertiga turun dengan selang oksigen dan dibawa segera ke bed panjang perawatan lalu dilarikan ambulans ke rumah sakit.”

“Saya sempat merogoh tas tenteng Pak Azra mencari telepon, tapi karena bingung dan panik lambat ketemunya. Akhirnya istri saya menelepon temannya staf khusus Menteri Sosial meminta bantuan mengabarkan ke istri atau keluarga pak Azra.”

“Saya sampaikan ke istri antar dan temani Pak Azra demi keselamatan dan keamanan. Kita bantu sekuat kita ke RS di Kuala Lumpur. Istri saya, Reni Sitawari Siregar, mengantarkan hingga ke dalam ambulans untuk dilarikan ke rumah sakit, sedangkan saya urus imigrasi di Bandara,” kisah Prof Budi Agustono.

Dalam catatannya, Ilham Bintang menuliskan bukan hanya kalangan pers yang kehilangan Prof Azyumardi Azra, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia. Prof. Azra kelahiran 4 Maret 1955 adalah akademisi Muslim asal Indonesia. Ia dikenal luas sebagai cendekiawan muslim.

Azyumardi terpilih sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1998 dan mengakhirinya pada 2006. Pada tahun 2010, dia memperoleh titel Commander of the Order of British Empire, sebuah gelar kehormatan dari Kerajaan Inggris dan menjadi ‘Sir’ pertama dari Indonesia. Pada 2022, Azyumardi terpilih menjadi Ketua Dewan Pers periode 2022-2025.

Riwayat pendidikan tinggginya sendiri dimulai sebagai mahasiswa sarjana di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta pada tahun 1982, kemudian atas bantuan beasiswa Fullbright, ia mendapakan gelar Master of Art (MA) pada Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Columbia University tahun 1988. Ia memenangkan beasiswa Columbia President Fellowship dari kampus yang sama, tetapi kali ini Azyumardi pindah ke Departemen Sejarah, dan memperoleh gelar MA pada 1989. (-)

Tulisan ini telah tayang di ibukotakini.com oleh Redaksi pada 18 Sep 2022

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS