Ini Faktor Penyebab Indonesia Sering Terjadi Bencana Alam
Jatengaja.com - Berbagai bencana alam sepeti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, hingga tanah longsor kerap terjadi di berbagai wilayah terjadi di Indonesia, sehingga dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat kebencanaan geologi tertinggi di dunia.
Bencana alam tersebut bukan suatu peristiwa kebetulan, melainkan merupakan konsekuensi langsung dari posisi dan karakter geologi Indonesia yang sangat aktif dan kompleks.
Melangsir Trenasia.id, yang mengkutip Ensiklopedia Britanica, secara geologi, Indonesia terletak di kawasan Cincin Api Pasifik atau Ring of Fire, yakni jalur seismik paling aktif di dunia.
- Undip Kirim 3 Alat Pengolahan Air Minum Portabel ke Sumbar
- Nataru, Trafik Data di Jateng dan DIY Diproyeksi Naik 13%
- Gubernur Jawa Tengah Tetap UMP 2026 Sebesar Rp2,3 Juta
- Bulog Jateng Jamin Ketersediaan Beras Aman Hingga Juni 2026
- Peluang Bisnis Baru Kuliner Sehat, Warteg Bayi
Wilayah ini menjadi titik pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut berlangsung secara terus-menerus dan saling berinteraksi.
Ketika lempeng bertumbukan, bergeser, atau saling menekan, energi besar akan terakumulasi di dalam kerak bumi dan kemudian dilepaskan dalam bentuk gempa bumi. Inilah sebab utama mengapa gempa menjadi fenomena yang relatif sering terjadi di Indonesia.
Berikut sederet penyebab secara geologis, mengapa Indonesia sering dilanda berbagai bencana.
Di sepanjang wilayah barat Sumatra, selatan Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara, terjadi proses subduksi, yaitu saat Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Lempeng Eurasia.
Proses ini membentuk palung laut yang sangat dalam sekaligus menjadi sumber gempa bumi berkekuatan besar. Apabila gempa terjadi di dasar laut dan menyebabkan pergeseran vertikal dasar laut, maka massa air laut akan terdorong secara tiba-tiba dan memicu gelombang tsunami.
Peristiwa tsunami Aceh pada 2004 dan tsunami Palu pada 2018 menjadi contoh nyata bagaimana aktivitas subduksi dan struktur geologi aktif dapat menimbulkan bencana berskala besar.
Selain di laut, wilayah daratan Indonesia juga dilalui oleh ratusan sesar aktif, seperti Sesar Sumatra, Sesar Palu-Koro, Sesar Lembang, dan Sesar Opak. Sesar merupakan rekahan atau patahan kerak bumi yang masih bergerak hingga saat ini.
Pergerakan sesar aktif sering memicu gempa dangkal, yaitu gempa dengan pusat gempa yang berada dekat permukaan bumi. Gempa jenis ini cenderung lebih merusak karena getarannya langsung dirasakan di permukiman dan infrastruktur, meskipun magnitudonya tidak selalu besar.
Proses subduksi yang intens juga menyebabkan naiknya magma dari dalam bumi ke permukaan, membentuk gunung api. Indonesia tercatat memiliki lebih dari 120 gunung api aktif, jumlah terbanyak di dunia.
Letusan gunung api terjadi ketika tekanan magma, gas, dan material vulkanik tidak lagi dapat ditahan oleh lapisan batuan di atasnya. Aktivitas vulkanik ini dapat menghasilkan letusan eksplosif, aliran lava, awan panas, hingga hujan abu.
Selain itu, aktivitas gunung api sering disertai gempa vulkanik yang dapat memperbesar potensi bencana di wilayah sekitarnya.
Sebagian besar wilayah Indonesia tersusun oleh batuan geologi muda yang secara struktur belum stabil. Aktivitas tektonik yang terus berlangsung membentuk banyak pegunungan dengan lereng curam serta lapisan tanah yang relatif rapuh.
Kondisi ini menjadikan Indonesia sangat rentan terhadap tanah longsor, terutama ketika curah hujan tinggi. Getaran gempa, pelapukan batuan, dan infiltrasi air hujan dapat dengan mudah melemahkan struktur lereng dan memicu pergerakan massa tanah.
Banjir di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor iklim dan tata kelola lingkungan, tetapi juga berkaitan dengan kondisi geologi. Banyak wilayah Indonesia berada di cekungan sedimen dan dataran aluvial yang terbentuk dari endapan sungai dan material vulkanik.
Jenis tanah ini memiliki daya serap tertentu dan mudah jenuh air saat hujan deras. Selain itu, material hasil letusan gunung api dapat mengendap di sungai dan mengurangi kapasitas aliran, sehingga meningkatkan risiko banjir dan banjir bandang, terutama di daerah hilir gunung api.
Kerawanan bencana di Indonesia merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor geologi yang saling berkaitan. Gempa bumi dapat memicu tsunami, tanah longsor, dan likuefaksi.
- Tahun 2025, Bank Jateng Bagikan Dividen Senilai Rp1,12 Triliun kepada Pemprov dan 35 Pemkab/Pemkot
- Atlet Jateng Sumbangkan 43 Medali untuk Kontingen Indonesia pada Sea Games 2025 di Bangkok
- Menteri KP Lepas Ekspor 70 Ton Teri Nasi Produksi Inkubasi Bisnis Undip ke Jepang
Letusan gunung api dapat memicu longsor serta banjir lahar. Seluruh bencana tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari satu sistem geologi aktif yang terus bergerak dan berubah dari waktu ke waktu.
Karena kondisi geologi Indonesia tidak dapat diubah, tantangan terbesar ke depan adalah bagaimana manusia mampu beradaptasi dengan risiko tersebut.
Upaya mitigasi bencana berbasis ilmu pengetahuan, penataan ruang yang memperhatikan peta risiko geologi, peningkatan edukasi kebencanaan kepada masyarakat, serta penguatan sistem peringatan dini menjadi kunci untuk mengurangi dampak bencana. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 28 Dec 2025
