BPS Rilis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat ke Level 5,05 Persen pada Tahun 2023
Jakarta, Jatengaja.com - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi tahunan Indonesia sedikit melambat, tapi tetap solid pada 5,05% tahun 2023, karena penurunan harga komoditas menekan ekspor dan kebijakan moneter ketat meredam permintaan.
Tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) tahun 2023, yang dirilis BPS pada Senin, 5 Februari 2023, mendekati perkiraan terbaru pemerintah sebesar 5%, sedikit di bawah 5,3% yang tercatat pada tahun 2022. Itu ketika aktivitas ekonomi mendapat dorongan dari ekspor rekor di tengah ledakan komoditas global.
Tahun lalu, harga komoditas utama Indonesia seperti minyak sawit, batu bara, dan nikel turun, sementara permintaan dari mitra dagang utama juga melemah di tengah melemahnya pertumbuhan global.
- BI Gelontorkan Uang Layak Edar Senilai Rp33,3 Triliun di Jateng dan DIY pada 2023
- Presiden Jokowi Tunjuk Mendagri Tito Karnivian Sebagai Plt Menko Polhukam
- Diresmikan Jadi Bangunan Cagar Budaya, Rumdin Kepala Kantor BI Jateng Dilindungi UU
- Patung Jenderal Hoegeng Iman Santoso Setinggi 14 Meter Hiasi Halaman Mapolda Jateng
- Ibukotakini.com Bersama KMB Gelar Gerakan Peduli Panti, Santuni 2 Panti Asuhan di Balikpapan
Perekonomian terbesar di Asia Tenggara itu juga merasakan tekanan dari kenaikan suku bunga bank sentral, dengan total 250 basis poin antara Agustus 2022 dan Oktober 2023, yang menekan konsumsi domestik.
Pemerintah mengharapkan tingkat pertumbuhan meningkat menjadi 5,2% pada tahun 2024, berharap pengeluaran untuk pemilihan umum pada 14 Februari dan pengembalian investasi swasta setelah ketidakpastian politik mereda akan meningkatkan PDB. Namun, beberapa ekonom memperkirakan pertumbuhan akan tetap stabil.
Sementara, Ekonom Bank DBS, Radhika Rao mencatat 5% untuk tahun 2024, mengakui pemilu akan berdampak pada konsumsi dan investasi, tetapi memperingatkan prospek perdagangan akan menantang karena volatilitas harga dan pertumbuhan yang lebih lambat pada mitra dagang utama.
Irman Faiz, ekonom Bank Danamon, memperkirakan pertumbuhan sebesar 4,9% tahun ini. “Kami mengantisipasi konsumsi rumah tangga terus melambat, seiring dengan ekspektasi pendapatan ekspor yang lebih rendah tahun ini,” katanya seraya menambahkan investasi publik juga bisa diredam tahun ini, yang dilansir dari Reuters, Senin.
Konsumsi rumah tangga, pendorong pertumbuhan utama negara yang mencapai lebih dari setengah PDB Indonesia, melambat menjadi 4,82% pada tahun 2023 dari 4,94% tahun sebelumnya.
Permintaan dapat meningkat jika bank sentral memangkas suku bunga pada tahun 2024. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah berulang kali mengatakan bank sentral mungkin memiliki ruang untuk memangkas suku bunga di paruh kedua dan telah memperkirakan pertumbuhan di kisaran 4,7% hingga 5,5%.
Tahun lalu, upaya pemerintah yang akan keluar untuk menyelesaikan proyek-proyek menjelang transisi kekuasaan meredam perlambatan konsumsi dan ekspor rumah tangga.
- Petani Tak Perlu Resah, Pupuk Indonesia Rilis Stok Pupuk Nasional Sebanyak 1,98 Juta Ton
- Ekonomi Indonesia Diproyeksi Stabil
- Pabrik PT Semen Gresik di Rembang Ditetapkan Jadi Objek Vital Nasional Bidang Industri
Investasi meningkat 4,40%, lebih cepat dari 3,87% yang tercatat pada tahun sebelumnya, karena investasi untuk proyek-proyek pemerintah, termasuk untuk ibu kota baru yang direncanakan di hutan Kalimantan, kereta api berkecepatan tinggi yang didukung China di Jawa Barat, sky train baru Jakarta, dan sejumlah jalan tol dan bendungan.
Pertumbuhan ekspor melambat tajam menjadi 1,32%, dibandingkan dengan ekspansi tahun 2022 yang lebih dari 16%. Berdasarkan nilai, pengiriman tahun lalu menyusut sekitar 11%.
Pada kuartal terakhir tahun 2023, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04% secara tahunan, sekitar sejalan dengan perkiraan 5% yang diprediksi oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters, dan naik dari 4,94% pada tiga bulan sebelumnya. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Distika Safara Setianda pada 05 Feb 2024