Senin, 04 September 2023 14:14 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt
Jakarta, Jatengaja.com - Tim astronom internasional telah menemukan planet baru seukuran Neptunus dengan kepadatan massa melebihi baja, yang dipercaya terbentuk dari hasil tabrakan planet-planet raksasa.
Massa planet baru tersebut tercatat hampir dua kali lipat massa planet berukuran serupa. Planet yang ditemukan tim astronot internasional ini disebut dengan planet TOI-1853b.
Dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature dilansir dari Trenasia.com jaringan Jatengaja.com, tim astronom internasional yang dipimpin oleh Luca Naponiello dari Universitas Roma Tor Vergata dan Universitas Bristol berpendapat bahwa ini adalah akibat dari tabrakan planet. Dampak besar tabrakan planet akan menghilangkan sebagian atmosfer ringan dan air sehingga meninggalkan banyak batuan.
Rekan peneliti senior dan rekan penulis Dr Phil Carter dari Sekolah Fisika Bristol, menjelaskan “Kami memiliki bukti kuat mengenai tabrakan energi tinggi antara benda-benda planet di tata surya kita, seperti keberadaan Bulan di Bumi, dan bukti dari sejumlah kecil planet ekstrasurya.
Lebih lanjut, Carter menyebut kontribusi tim terhadap penelitian adalah “memodelkan dampak raksasa yang ekstrim dan berpotensi menghilangkan atmosfer ringan dan air/es dari planet aslinya yang lebih besar untuk menghasilkan kepadatan ekstrim yang dapat diukur,” paparnya.
Keberadaan planet ini memberikan bukti baru mengenai prevalensi dampak raksasa dalam pembentukan planet di seluruh galaksi. Penemuan ini membantu menghubungkan teori pembentukan planet berdasarkan tata surya dengan pembentukan exoplanet. Penemuan planet ekstrem ini memberikan wawasan baru mengenai pembentukan dan evolusi sistem planet.
Kini tim tengah merencanakan pengamatan tindak lanjut secara rinci terhadap TOI-1853b untuk mencoba mendeteksi sisa atmosfer dan memeriksa komposisinya.
Associate Professor dan rekan penulis Dr Zoë Leinhardt menyimpulkan "Kami belum pernah menyelidiki dampak raksasa yang ekstrem seperti ini sebelumnya karena hal tersebut bukanlah sesuatu yang kami harapkan,”
Pihaknya menyebut ada banyak PR yang harus dikerjakan untuk melakukan pengataman tersebut.
“Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan model material yang mendasari simulasi kami, dan untuk memperluas cakupan serangkaian dampak raksasa yang ekstrim yang dimodelkan." tutupnya.
Simulasi dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputasi dari Advanced Computing Research Centre, Universitas Bristol. Penyandang dana termasuk Dewan Fasilitas Sains dan Teknologi (STFC) dan Dewan Beasiswa Tiongkok. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 04 Sep 2023
Bagikan