LPS Naikkan Bunga Simpanan, BPR Arto Moro Optimistis Penghimpunan Dana Tumbuh Optimal

Jumat, 03 Februari 2023 07:51 WIB

Penulis:Sulistya

Editor:Sulistya

31aartomoro-eko.jpeg
Subyakto

Semarang, Jatengaja.com – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) secara resmi menetapkan kenaikan bunga penjaminan simpanan. Kenaikan ini berlaku untuk bank umum, valas, dan bank perkreditan rakyat (BPR) dengan persentase kenaikan masing-masing sebesar 25 basis poin (bps). 

Penetapan tingkat bunga penjaminan simpanan tersebut berlaku mulai 1 Februari 2023 hingga 31 Mei 2023. Kenaikan dilakukan karena kinerja keuangan perbankan yang membaik sepanjang 2022, baik dari sisi permodalan hingga intermediasi.

Dengan kenaikan itu, tingkat bunga penjaminan simpanan pada bank umum menjadi 4%, valas pada bank umum sebesar 2%. Sementara, tingkat bunga penjaminan simpanan pada BPR meningkat menjadi 6,5%. 

Respons positif terhadap kenaikan suku bunga simpanan tersebut ditunjukkan BPR Arto Moro Semarang. Komisaris Utama BPR Arto Moro, Dr H Subyakto SH MH MM mengatakan, kenaikan bunga penjaminan simpanan akan membuat BPR lebih leluasa melakukan konsolidasi dan menyusun strategi terkait penghimpunan dana masyarakat.

“Kepercayaan masyarakat terhadap BPR semakin hari semakin meningkat. Bunga simpanan Deposito di BPR jauh lebih tinggi dibanding bank umum. Simpanan di BPR dilindungi oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) sebesar Rp 2 mlliar per nasabah,” tutur Subyakto.

Dongkrak Kinerja

Anggota DPR Periode 2009-2014 tersebut memberikan beberapa catatan terkait fenomena penghimpunan dana masyarakat oleh BPR. Dikatakan, meski bunga berpengaruh terhadap keputusan masyarakat dalam menempatkan dananya, akan tetapi hanya mengandalkan pada tingkat bunga penjaminan saja tidak akan mampu mendongkrak kinerja BPR untuk tumbuh dengan baik.

Selain mengandalkan pada instrumen bunga simpanan, pelaku industri keuangan khususnya pebisnis di bidang BPR, harus melakukan inovasi-inovasi kreatif dan tidak biasa agar dapat memenangkan persaingan, tidak hanya dengan sesama BPR tetapi juga dengan bank umum.

“Pebisnis haruslah cerdas, inovatif, jeli melihat peluang, serta memikirkan cara-cara tidak biasa yang dapat menarik dan menambah kepercayaan dari nasabah atau masyarakat. Apabila hanya mengekor atau melakukan cara-cara konvensional, dapat dipastikan hasil yang dicapai akan standar-standar saja,” katanya.

Cara-cara konvensional dalam menggaet nasabah seperti memberikan promo hadiah motor atau mobil, promo voucher, bundling promo merupakan cara-cara old fashioned yang dilakukan hampir seluruh pelaku industri keuangan. Apabila BPR melakukan kegiatan promosi serupa, maka akan sangat susah untuk merebut ceruk pasar yang sudah dikuasai bank umum ataupun pemain-pemain lama.

“Bagi pebisnis sukses, kunci utama adalah inovasi. Melihat sesuatu dengan kacamata yang tidak terpikirkan oleh nasabah ataupun pesaing. Untuk itu, dalam rangka memenangkan persaingan, rekan-rekan di BPR harus mampu menciptakan tren, bukan mengikuti tren,” kata Subyakto.

Dikatakan, jenis inovasi apa yang tepat, sangat tergantung kepada kebijakan dan strategi masing-masing BPR. Akan tetapi, Subyakto memberikan highlight bahwa nasabah yang menyimpan uang di bank, apalagi simpanan dalam bentuk deposito, tentulah merupakan nasabah yang sudah memiliki finansial lebih dari yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. 

Nasabah deposito bisa dibilang merupakan nasabah golongan masyarakat menengah ke atas. Nasabah jenis ini, menurutnya kurang tertarik dengan hadiah-hadiah yang sudah umum seperti magic com, setrika, atau TV.

Selain melakukan inovasi yang tepat dan anti mainstream, Subyakto juga menyatakan arti penting bagi BPR untuk memiliki investasi dalam bentuk aset. Dengan memiliki aset yang representatif maka keberadaan BPR akan semakin dikenal dan dipercaya oleh masyarakat. (-)