Selasa, 19 Juli 2022 08:10 WIB
Penulis:Sulistya
Editor:Sulistya
Brebes, Jatengaja.com – Kompleks perumahan bantuan program “Tuku Lemah Oleh Omah” dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, di Desa Paguyangan, Kabupaten Brebes, terlihat mewah.
Di kompleks tersebut, ada 30 kepala keluarga yang menerima bantuan, yang tergabung dalam Komunitas Paguyangan Bersemi, yang terdiri atas sopir, buruh, dan pedagang.
Puluhan rumah terlihat berjajar asri layaknya kompleks perumahan. Masing-masing rumah berdiri di atas lahan berukuran 6 x 14 meter, dengan berbagai warna cat yang berbeda pada wajah bangunannya, sehingga terkesan mewah.
Perlu diketahui, program “Tuku Lemah Oleh Omah” diperuntukkan bagi keluarga miskin yang belum punya rumah dan masuk dalam Data Terpadu Kesehateraan Sosial (DTKS). Penerima hanya perlu punya tanah, dan nantinya rumah akan disubsidi Pemerintah Provinsi senilai Rp 35 juta dan padat karya Rp 1,8 juta.
Bangunan bersistem Rumah Unggul Sistem Panel Instan (Ruspin) itu dikerjakan secara kolektif, dengan Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait.
Ketua Komunitas Paguyangan Bersemi, Saifullah menuturkan, ada 30 rumah bantuan diperuntukkan bagi anggotanya yang bermatapencaharian sopir, buruh, dan pedagang.
“Bantuan itu terdiri atas 21 rumah di tahun 2021, dan 9 rumah lagi di tahun 2022,” katanya.
Program yang diinisiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo itu menjadi solusi pengentasan kemiskinan. Untuk tahun 2021 bantuan Ruspin telah dilakukan untuk 187 unit. Dan di tahun 2022, ditargetkan membangun 256 unit rumah. Program "Tuku Lemah Oleh Omah" menjadi pelengkap bantuan renovasi rumah yang sudah berlangsung sejak 2014 silam.
“Dulunya saya mengontrak, dan sekarang sudah punya rumah sendiri. Harapannya, semua warga penerima bantuan bia hidup rukun,” ujarnya.
Syarat KTP
Winarto, salah seorang penerima bantuan Ruspin menceritakan, dirinya sangat senang telah memiliki rumah yang merupakan impiannya sejak menikah 1998 lalu. Selama ini, ia bersama istrinya tinggal di rumah orang tuanya.
“Dulu setelah saya menikah beberapa tahun ikut orang tua. Kebetulan ada program bantuan rumah berupa Ruspin senilai Rp 35 juta. Syaratnya KTP muncul di DTKS dan belum punya rumah, terus punya tanah. Jadi bisa dibilang tuku lemah oleh omah,” ujarnya.
Winarto mengaku semakin bersemangat menjalani hidup setelah dapat menempati rumah sendiri.
“Alhamdulillah, setelah dapat rumah bantuan, pikiran bisa tenang, bisa nyari rejeki halal, rejeki ngikut. Ya, saya nikah tahun 1998 waktu krisis moneter, dan dapat bantuan rumah tahun 2021. Pekerjaan sopir, dan ini sangat membantu meningkatkan kualitas hidup,” katanya.
Kompleks perumahan tersebut semakin menarik karena masing-masing penerima dibebaskan untuk memilih warna cat dindingnya, sehingga terlihat variatif. Selain itu, warga tidak diperbolehkan membangun pagar rumah, serta pembatas antarrumah yang berelbihan. Hal itu guna menciptakan kehidupan yang rukun dan gayeng. (-)
Bagikan