Dewan Profesor UNS Gelar Talk Show Etika Akademik Berbasis Kearifan Budaya Jawa

Kamis, 26 Juni 2025 18:05 WIB

Penulis:Sulistya

Editor:Sulistya

IMG-20250625-WA0137(1).jpg
Dewan Profesor (DP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Talk Show bertema “Etika Akademik Berbasis Kearifan Budaya Jawa: Menyemai Nilai Menjaga Martabat”.

Surakarta, Jatengaja.com - Dewan Profesor (DP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Talk Show bertema “Etika Akademik Berbasis Kearifan Budaya Jawa: Menyemai Nilai Menjaga Martabat”. 

Kegiatan ini bertempat di Lantai 11 Gedung Ki Hadjar Dewantara UNS Tower, Rabu (25/6/2025). 
Talk Show ini menghadirkan Gusti Kanjeng Ratu Wandansari yang biasa dipanggil dengan Gusti Moeng sebagai narasumber dan dihadiri para anggota Dewan Profesor UNS.

Dalam sambutannya Ketua Dewan Profesor UNS, Prof Drs Suranto Tjiptowibisono MSc PhD menyampaikan bahwa beberapa tokoh di Keraton Surakarta ikut berperan dalam pendirian UNS. Salah satu ciri yang unik, bahwa Universitas yang mencantumkan visi berbasis Budaya Nasional adalah UNS. 
Keraton Surakarta memberikan warna yang berbeda dalam mengembangkan budaya yang akan didiskusikan dan diintisarikan para Profesor dalam bidang akademik. Salah satu sejarah UNS, bahwa Rektorat UNS pertama kali berada di Sitinggih. Artinya, kampus UNS pertama kali bermula dari Keraton Surakarta. 
Talk Show menjadi refleksi bahwa kampus UNS yang dulu berkolaborasi dan dapat menggali nilai-nilai luhur budaya Keraton Surakarta. 
“Dewan Profesor UNS mengucapkan terima kasih kepada Gusti Kanjeng Ratu Wandansari atau Gusti Moeng yang bersedia berbagi cerita dan pengalaman agar bisa dikaji dalam dunia akademik,” kata Prof Suranto.

Kejujuran Pemimpin
Sebagai narasumber utama, Gusti Moeng yang merupakan putri dari Sri Susuhunan Pakubuwana XII dan Kanjeng Raden Ayu Pradapaningrum dari Kasunanan Surakarta. Gusti Moeng lahir pada tanggal 1 November 1960. 
Acara dipandu Kepala PUI Javanologi UNS, Prof Sahid Teguh Widodo SS MHum PhD. Dalam paparannya, Gusti Moeng menceritakan mengenai pengalaman pribadi dalam perjalanan hidup sebagai putri raja. 
“Satu hal yang bisa dipetik adalah nilai kejujuran bagi seorang pemimpin. Kejujuran dalam berbagai hal atau kejujuran dalam apa saja,” kata Gusti Moeng. 

Pelaksanaan nilai kejujuran tidak hanya dalam dunia keraton, tetapi juga dalam dunia Pendidikan. Misalnya, plagiat dalam dunia pendidikan tentu tidak baik. Nilai kejujuran tetap dikedepankan. Bahkan, akademisi juga harus ikut berperan dalam mendukung nilai kejujuran. Keberadaan Keraton sebagai simbol keburukan yang harus dihilangkan. 
“Agar selamat dunia akherat harus menjalankan kebaikan yang disimbolkan Sawo Kecik atau diistilahkan Sarwo Becik,” ucap Gusti Moeng. (-)