Dua Guru Besar FKIP UNS Masuki Masa Purnabakti

Sulistya - Selasa, 24 Juni 2025 18:02 WIB
Dua guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memasuki masa purnabakti.

Surakarta, Jatengaja.com – Dua guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memasuki masa purnabakti. Mereka adalah Prof Drs Gunarhadi MA PhD dan Prof Dr Munawir Yusuf MPsi, Guru Besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS.
Kedua guru besar tersebut menyampaikan Orasi Kehormatan Purnabakti dalam acara Orasi Kehormatan Profesor Purnabakti Ke-10 pada Selasa (24/06/2025). Acara tersebut diselenggarakan oleh Dewan Profesor (DP) UNS dan bertempat di Ruang Sidang II Gedung dr Prakosa UNS.
Prof Drs Suranto Tjiptowibisono MSc PhD selaku Ketua Dewan Profesor UNS, mengapresiasi Prof Munawir Yusuf yang merupakan Guru Besar Manajemen Pendidikan Inklusif FKIP UNS dan Prof Gunarhadi yang merupakan Guru Besar Pendidikan Luar Biasa, FKIP UNS.
Keduanya merupakan profesor senior yang telah memberi kontribusi yang luar biasa kepada UNS. Menurut Prof. Suranto, hal menarik dari momentum kali ini adalah kedua guru besar tersebut berasal dari program studi dan fakultas yang sama.

Perjalanan panjang yang telah keduanya torehkan menjadi bukti betapa luar biasanya mereka dalam mendarmabaktikan diri kepada UNS. Meskipun telah bertahun-tahun mengabdi, keduanya masih dalam keadaan sehat.
“Hal ini merupakan capaian luar biasa dan menjadi kebanggaan, karena purnabakti dapat diakhiri dalam keadaan sehat,” ujar Prof Suranto.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Penelitian, Prof Dr Fitria Rahmawati SSi MSi menyampaikan bahwa Orasi Kehormatan Purnabakti ini merupakan momen yang luar biasa. Hal ini karena kedua guru besar yang memasuki masa purnabakti adalah sosok senior yang sangat menginspirasi.
“Acara pagi ini begitu luar biasa karena keduanya merupakan sosok senior yang sangat menginspirasi bagi kami,” ujarnya.
Kompetensi
Prof Fitria menambahkan, keduanya menjadi teladan dalam hal fokus, komitmen, dan dedikasi. Keteladanan tersebut terlihat dalam menerapkan kompetensi dan mendarmabaktikan kehidupannya untuk ilmu yang ditekuni, baik dalam pengajaran, penelitian, maupun pengabdian.
Selanjutnya, Prof Gunarhadi menyampaikan Orasi Kehormatan Purnabakti yang berjudul Perjalanan Karier Penyandang Difabilitas. Dalam orasinya, ia menyoroti perubahan cara pandang terhadap difabilitas, dari labeling yang semula negatif menjadi lebih positif dan menghargai perbedaan kemampuan. Istilah difabilitas yang berasal dari “different abilities” dianggap lebih humanis karena menekankan potensi, bukan kekurangan.
Menurutnya, penyandang difabilitas memiliki spektrum karakteristik dan cara unik dalam belajar maupun berperilaku, yang justru bisa menjadi kekuatan tersendiri.
Aadapun Orasi Kehormatan Purnabakti dari Prof Munawir Yusuf menekankan pentingnya mewujudkan kampus inklusif.
“Kampus inklusif berarti kampus yang meiliki lingkungan pendidikan tinggi yang aman, nyaman, dan setara tanpa memandang kemampuan, termasuk bagi penyandang disabilitas,” katanya.
Menurutnya, terdapat lima aspek penting dalam kampus inklusif, yaitu kesetaraan akses, lingkungan aman dan nyaman, dukungan kelembagaan, keterjangkauan fasilitas, serta partisipasi penuh dari seluruh civitas akademika.

Prof Munawir juga menyoroti peran historis UNS sebagai pelopor pendidikan inklusif di Indonesia sejak tahun 1990-an. UNS berani membuka Program Studi Pendidikan Luar Biasa dan memperkenalkan mata kuliah pendidikan inklusif bahkan sebelum ada mandat undang-undang. Ia menyebut kolaborasi antara FKIP dan Fakultas Kedokteran (FK) sebagai kunci dalam membangun fondasi keilmuan inklusivitas di UNS, yang saat itu belum dilakukan oleh perguruan tinggi lain di Indonesia.
Dalam perjalanannya menjadi kampus inklusif, UNS telah meraih berbagai capaian, mulai dari penghargaan nasional hingga inovasi fasilitas seperti mesin fotokopi untuk tulisan Braille. Namun demikian, Prof. Munawir menyadari bahwa penerapan pembelajaran inklusif di tingkat fakultas masih perlu ditingkatkan. Tantangan ke depan meliputi penguatan lembaga layanan disabilitas, peningkatan standar aksesibilitas fisik di kampus, dan penyediaan beasiswa khusus. (-)

Editor: Sulistya

RELATED NEWS