Indonesia
Selasa, 17 September 2024 22:44 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt
Jakarta, Jatengaja.com - Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Agustus 2024 dilaporkan mengalami surplus sebesar US$2,90 miliar atau sekitar Rp44,4 triliun (kurs Rp15.340). Surplus ini telah terjadi 52 kali secara berturut-turut sejak bulan Mei 2020.
“Pada Agustus 2024, neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami surplus sebesar 2,90 miliar dolar AS atau Rp44,4 triliun. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada bulan lalu,” ujar Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini di Jakarta, Selasa, 17 September 2024 dilansir dari trenasia.com.
Menurut Pudji, surplus bulan Agustus terjadi pada nonmigas yang diperkirakan mencapai US$4,34 miliar atau sekitar Rp66,5 triliun, kontribusi utama disumbang sektor bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, serta besi dan baja. Meskipun angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan Juli 2024, surplus tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Namun, sektor migas mengalami defisit sebesar US$1,44 miliar atau sekitar Rp22 triliun, terutama akibat impor hasil minyak dan minyak mentah. Defisit ini lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi masih lebih besar dibandingkan dengan Agustus tahun 2023,” ujarnya.
Secara kumulatif, neraca perdagangan barang Indonesia mencatat surplus sebesar US$18,85 atau sekitar Rp289,2 triliun sepanjang tahun 2024. Surplus kumulatif sektor nonmigas mencapai US$32,54 miliar atau sekitar Rp499,2 triliun sementara defisit kumulatif migas sebesar US$13,69 miliar atau sekitar Rp210 triliun .
Dalam hal perdagangan dengan negara mitra, Indonesia mencatat surplus terbesar dengan Amerika Serikat sebesar US$1,71 miliar atau sekitar Rp26,2 triliun, didorong oleh ekspor mesin, perlengkapan elektrik, pakaian rajutan, dan alas kaki.
Disusul perdagangan ke India dengan surplus US$1,08 miliar atau sekitar Rp16,5 triliun, berkat ekspor bahan bakar mineral, minyak, dan besi serta baja. Dengan Filipina juga mengalami surplus US$0,85 miliar atau sekitar Rp13 triliun dari ekspor bahan bakar mineral, kendaraan, serta lemak dan minyak hewani nabati.
Di sisi lain, Indonesia mengalami defisit terbesar dengan China sebesar US$1,10 miliar atau sekitar Rp16,8 triliun, akibat impor mesin dan peralatan mekanis, mesin elektrik, dan kendaraan.
Australia dan Singapura juga menyumbang defisit masing-masing sebesar US$0,55 miliar atau sekitar Rp8,4 triliun dan US$0,31 miliar atau sekitar Rp4,7 triliun, terkait dengan logam mulia dan perhiasan, bahan bakar mineral, serta bahan kimia organik dan mesin elektrik.
Secara keseluruhan, data perdagangan untuk bulan Agustus menunjukkan kinerja yang positif, meskipun sektor migas menghadapi tantangan. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 17 Sep 2024
Bagikan
Indonesia
sebulan yang lalu