Waldjinah Rilis Film Pendek 'Irama Batik Ratu Kembang Katjang'

Sulistya - Sabtu, 02 April 2022 10:03 WIB
Syukuran film Waldjinah Irama Batik Kembang Katjang garapan Maleopict Production

Solo, Jatengaja.com - Kisah Kecintaan Sang Maestro Keroncong Waldjinah pada batik, dituangkan dalam sebuah garapan film pendek "Irama Batik Ratu Kembang Katjang", oleh Maleopict Production House.

Film pendek yang juga mendapat dukungan dari Bank BNI ini mengangkat citra Waldjinah yang selalu mengenakan kain batik (jarik) dan kebaya sejak ia mulai berkarir di dunia seni musik keroncong. Meski zaman terus berubah Waldjinah dan kebaya nya tidak berubah.

Film ini mengisahkan perjalanan karir Waldjinah yang berkarir sejak usia 12 tahun, pada tahun 1958 Waldjinah memberanikan diri mengikuti kontes Bintang Radio RRI. Sejak dari itu Waldjinah memakai kain batik motif Kembang Katjang, yang saat ini sudah berusia 100 tahun.

"Batik Kembang Kacang sebagai penanda awal karir menuju penyanyi keroncong profesional. Hingga kini kainnya masih ada tersimpan," ungkap Waldjinah saat tasyakuran rilis film di kediamannya Jl. Parang Cantel No 31 Mangkuyudan, Surakarta, yang bertepatan dengan ulang tahun ke 7 CV Mawar Magenta sebagai induk dari Maleopict Production House.

Hingga saat ini, Waldjinah masih menyimpan pola-pola batik peninggalan dari ibunya, mbakyu-nya (kakak perempuan) dan kang mas nya (kakak laki-laki).

Selain motif Kembang Kacang, Waldjinah terus mengenakan batik-batik tulis buatan keluarganya dalam berbagai kesempatan. Seperti motif Kembang Kantil yang dikenakan oleh Waldjinah saat mendapatkan penghargaan sebagai Ratu Keroncong Indonesia dari Presiden Pertama RI Ir Soekarno pada tahun 1965.

“Kain batik tulis motif Kembang Kantil merupakan lambang cinta manusia kepada Tuhan dan kepada sesama,” tutur Waldjinah.

Bukan tanpa alasan, kain - kain batik yang dikenakan saat tampil menyanyi sebagai lambang kecintaan waldjinah pada Indonesia.

“Ada pengalaman unik saat tampil di luar negeri, saat bertemu orang luar negeri memanggil saya Indonesia, walau tidak tahu nama saya. Terus saya berpikir kalau mereka mengenal orang Indonesia dari batik, jadi sampai sekarang saya pakai kain,” kenangnya.

Motif Payung merupakan motif akulturasi budaya jepang yang menggambarkan keelokan dan pengayom. Polanya adalah peninggalan keluarga Waldjinah yang dibuat tahun 1950 an. Motif langka dan ekslusif ini diwujudkan menjadi kain batik yang indah, detail dan cantik dengan warna alam sogan.

Selama berkarir Waldjinah telah menyanyikan 1600 judul lagu. Selama itu pula Waldjinah selalu mengenakan batik sebagai identitas busana Indonesia.

Terdapat kurang lebih 500 motif batik yg sudah menemani perjalanan karir Waldjinah. Seluruh kain batik tersebut kini terawat baik di Galeri Walang Kekek.

“Pesan saya untuk generasi muda jangan melupakan batik dan sejarah menyanyi keroncong. Karena batik dan keroncong itu kepunyaan kita sendiri, harus di uri-uri,” pesan Waldjinah.

Produser film dokumenter Waldjinah, Irama Batik Ratu Kembang Katjang, Aria Bima mengungkapkan, sang maestro ini terus mentradisikan, mempopulerkan batik untuk disukai oleh rakyat Indonesia.

“Beliau tidak hanya maestro keroncong tapi jiwa seni nya luar biasa atas kecintaan pada batik," ungkap Aria Bima. (-)

Tulisan ini telah tayang di soloaja.co oleh Kusumawati pada 02 Apr 2022

Editor: Sulistya
Bagikan

RELATED NEWS