Target Ketua Umum PB Gabsi 2022-2026 Dalam 1 Tahun Cetak 1 Juta Pemain Bridge Baru

SetyoNt - Rabu, 21 Desember 2022 17:46 WIB
Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB Gabsi) H. Syarif Bastaman SH, MH. (Jatengaja.com/Istimewa)

Semarang, Jatengaja.com - Pemasalan dan melokalkan istilah bridge menjadi program utama Ketua Umum Pengurus Besar Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (PB Gabsi) H. Syarif Bastaman SH, MH.

Syarif Bastaman baru saja terpilih sebagai ketua umum PB Gabsi periode 2022-2026 mengantikan Mirand S Goeltam pada konggres di Solo, Jawa Tengah awal Desember 2022.

“Pemasalan bridge menjadi program pertama kali dalam satu tahun pertama kepengurusan saya, sehingga pemain brigde bisa tambah tiga kali lipat,” katanya dalam perbincangan dengan wartawan usai terpilih menjadi ketua umum Gabsi di Solo beberapa waktu lalu.

Langkah pemasalan bridge, jelas Syarif Bastaman melalui bridge masuk sekolah dan rekurtmen pamin baru dari masyarakat umum seperti karyawan, pensiunan, remaja, dan perempuan, dan

Dengan semakin banyak jumlah pemain bridge di Indonesia maka idustri sport olahraga permainan kartu tersebut akan berkembang dan bisa menjaring sponsorship untuk mendukung kegiatan.

“Kalau pemainnya itu-itu saja, sponsor malas. Brigde harus bisa dikenal sampai masyarakat desa, sehingga dipertandingan pada lomba tujuh belas Agustus memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Bukan main gaple, remi tapi bridge,” tandas mantan anggota DPR RI ini.

Selain dari dari sponsor, lanjut Bastaman bila pemain bridge banyak bisa mendapatkan dana pembinaan dari pemerintah melalui KONI dan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) yang ukurannya berapa banyak penerima manfaat.

Demikian pula di daerah provinsi dan kabupaten/kota juga bisa mendapatkan bantuan dana dari KONI dan Dinas Pemuda dan Olahraga setempat.

Selain itu nomor cabang olahraga bridge yang dipertandingan pada PON menjadi, bukan seperti sekarang yang masih sedikit.

“Sekarang ini atlet nasional bridge hanya itu-itu saja, regenasinya terlambat. Ada idikasi mereka menikmati karena atlet bridge sampa tua, tanpa ada batasannya. Ini harus didobrak dengan pemasalan agar di daerah ramai,” ujar Syarif Bastaman.

Guna mendukung pemasalan bridge, Bustaman menjelaskan PB Gabsi akan membuat tim trainer yang membuat kurikulum dan paket pelatihan dan pemasalan di daerah-daerah.

PB Gabsi pusat nantinya akan mengirimkan tim beserta modul dan kurikulumnya ke daerah. Tugas Pengprov dan Pengkab/Pengkot Gabsi daerah menyiapkan tempat dan mengumpul orang bukan pemain bridge.

Dengan komposisi yakni anak-anak, mahasiswa, karyawan, pensiunan, dan perempuan dari segala kategori.

“Paket pelatihan satu minggu pagi dan sore. Pagi sampai siang pemasalan dengan syarat peserta bukan orang yang pernah main bridge . Siang sampai sore pembinaan peserta atlet murni,” jelasnya.

Setelah seminggu latihan dan orang sudah kenal bridge, kemudian dimasukkan dalam data bese bila perlu diberi kartu tanda anggota (KTA) pemain bridge Indonesia.

Nantinya, Pengurus Provinsi (Pengrov) Gabsi melanjutkan dengan melakukan pelatihan yang sama, sehingga pemasalan bridge bisa berjalan.

“Saat ini jumlah pemain bridge di Indonesia tak sampai 200 ribu. Melalui program pemasalan ini saya ambisi dalam satu tahun bisa bertambah menjadi 1 juta pemain baru bridge di luar bridge masuk sekolah,” ujarnya.

Selain pemasalan, imbuh Bustaman yakni bridge harus menjadi olahraga lokal seperti olahraga lainya bulutangkis menjadi badminton, football menjadi sepak bola, volley ball jadi bola voli.

Dengan melokalkan istilah bridge akan lebih mudah mengajak orang bermain bridge karena kebanyakan masyarakat sudah mengenal permaikan kartu, remi, atau gaple.

“Perlu ahli bahasa untuk terjemahkan kata bridge menjadi lokal, bisa saja misalnya disebut kartu 52 sesuai jumlah kartu. Karena kalau tetap pakai istilah bridge orang-orang di kampung sudah tak mau, mumet,” jelasnya.

Salah seorang wartawan, Ananto mengusulkan istilah bridge diganti dengan kartu cerdas. “Bagus juga itu, kartu cerdas,” kata Bustaman.

Bustamanan menambakan dengan dibuatkan istilah lokal bila perlu memakai bahasa Jawa, maka membuat orang menjadi dan senang bermain bridge.

“Kami ingin menularkan virus bridge kepada masyarakat. Bridge jangan ekslusif, harusnya jadi olahraga rakyat. Bridge sangat bagus untuk kesehatan otak di usia anjut lebih penting dibandingkan olahraga fisik,” katanya. (-)

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS