Saham Garuda (GIAA) Naik 56 Persen dalam Sebulan
Jakarta, Jatengaja.com – Rumor suntikan dana oleh sovereign wealth fund Indonesia, yakni Danantara mengemuka pada pertengahan bulan lalu. Dampaknya, saham emiten maskapai plat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus menunjukkan performa apik.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan berjalan Rabu, 4 Juni 2025, pukul 15.21 WIB, saham GIAA terpantau berada di area hijau, yakni level Rp61 per saham. Hal ini mencerminkan penguatan harian sebesar 3,39%.
Jika ditarik dalam rentang waktu satu bulan terakhir, saham berkodekan GIAA ini telah melambung 56,41%, sekaligus berhasil memantulkan 10,91% secara year to date. Menariknya, penguatan ini terjadi di tengah implementasi Papan Pemantauan Khusus tahap II dengan mekanisme Full Call Auction (FCA) yang mulai efektif sejak Senin, 25 Maret 2024.
- Gubernur Jateng Serahkan 3.947 Surat Keputusan Pengangkatan CANS dan PPPK Tahun 2024
- Penurunan Harga Bawang Merah dan Cabai Picu Jateng Alami Deflasi 0,49 Persen pada Mei 2025
- Jelang Puncak Haji, Sebanyak 203.152 Calon Haji Indonesia Mulai Hari Ini Bergerak ke Arafah
Saham GIAA belum keluar ke dalam kategori ini karena perseroan masih mencatatkan ekuitas negatif sebesar US$1,43 miliar pada kuartal I-2025. Artinya, total liabilitas (utang) perusahaan masih lebih besar dibandingkan total aset yang dimilikinya.
Dengan demikian, seiring munculnya rumor suntikan modal dari Danantara, investor meresponsf dinamika ini dengan nada positif. Di sisi lain, pada kuartal I-2025, maskapai plat merah dengan logo biru muda ini sukses meraup pendapatan US$723,56 juta, atau naik tipis 1,6% secara tahunan.
Berdasarkan laporan Bloomberg, Garuda tengah menjajaki pembicaraan dengan Danantara terkait potensi suntikan dana sebesar US$500 juta (sekitar Rp8,15 triliun). Kesepakatan tersebut diperkirakan dapat tercapai pada Juni atau Juli 2025, dengan tujuan utama memperbaiki kondisi keuangan emiten ini.
Sebagian dana disebut akan dialokasikan untuk anak usaha Garuda, yakni Citilink, guna mengoperasikan kembali lebih dari selusin pesawatnya yang sempat berhenti beroperasi. Selain itu, pemerintah juga tengah mempertimbangkan opsi pemindahan kendali Citilink ke PT Pertamina (Persero), meskipun diskusi tersebut masih berlangsung tanpa keputusan final.
Aksi Korporasi
CEO Danantara, Rosan Roeslani, telah mengonfirmasi bahwa diskusi terkait suntikan dana masih berlangsung dengan berbagai pihak, namun belum dapat memberikan rincian lebih lanjut. Sementara itu, pihak Garuda menyatakan bahwa keputusan terkait aksi korporasi akan sepenuhnya diserahkan kepada pemegang saham.
- Kunjungi Warga Terdampak Rob Pemalang, Ahmad Luthfi Serahkan Bantuan Senilai Rp232,18 Juta
- Tingkatkan Pendapat Asli Daerah, 33 BPR BKK se-Jateng Bakal Dimarger Jadi Bank Syariah
- Berkah Kunjungan Presiden Prancis, Ditandangani 21 Dokumen Kerja Sama dengan Indonesia
Sementara itu, PT Pertamina (Persero) pun menyebut bahwa wacana penggabungan Pelita Air dan Citilink yang merupakan bagia dari GIAA memang sempat muncul di tingkat Kementerian BUMN, namun belum ada perkembangan terbaru.
Secara garis besar, berbagai dinamika ini adalah memburuknya kondisi keuangan Garuda, yang kembali mencatatkan kerugian bersih pada 2024 setelah dua tahun mencetak laba. Per Desember lalu, maskapai ini memiliki defisit modal sekitar US$1,4 miliar.
Nah, sebagai bagian dari reformasi BUMN yang digagas Presiden Prabowo Subianto, pemerintah telah memindahkan kepemilikan 65% saham Garuda ke Danantara pada Maret 2025. Penunjukan Wamildan Tsani Panjaitan sebagai CEO baru pada November lalu juga menjadi bagian dari upaya strategis untuk membenahi struktur keuangan perseroan. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Alvin Bagaskara pada 04 Jun 2025