Puan Maharani Ceritakan Kisah Bung Karno Lolos dari Upaya Pembunuhan Saat Shalat Iduladha Pada 1962
Jakarta, Jatengaja.com - Tanggal 14 Mei hari ini, pada 60 tahun silam tepatnya 14 Mei 1962, telah terjadi percobaan pembunuhan terhadap Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno (Bung Karno).
Puan Maharani, cucu Presiden Soekarno menceritakan kisah menegangkan terhadap kakeknya yang terjadi bertepatan dengan Hari Raya Iduladha.
“Bung Karno saat itu sedang shalat Iduladha di Istana Jakarta, saat memasuki rakaat kedua tiba-tiba saja ada tembakan,” kata Puan, Sabtu (14/5/2022).
- Harga Pangan Masih Tinggi Pascalebaran, Puan Minta Komisi di DPR Cari Tahu Akar Permasalan
- UISI Kembangkan Lab Virtual yang Dapat di Akses secara Online
- Presiden Jokowi Sebut Indonesia Punya 2.346 Start Up, Terbanyak Kelima di Dunia
- 95% Penerima Pembiayaan Ultra Mikro adalah Perempuan
- Menurut BI Perekonomian Jateng Triwulan I Januari-Maret 2002 Tumbuh 5,16%, Lebih Baik Tinggi dari Nasional
Menurutnya, tembakan itu berasal dari empat orang yang berada di barisan atau saf ke empat. Namun, para penembak kesulitan membidik sasaran Bung Karno.
"Mereka kesulitan menembak karena melihat dua orang yang mirip dengan Bung Karno,” tandasnya.
Alhasil, sang Proklamator pun lolos dari maut percobaan pembunuhan. Namun, nasib naas dialami dua anggota Detasemen Kawal Pribadi (DKP) Presiden, yaitu, Soedrajat dan Soesilo. “Pak Soedrajat dan Soesilo terluka dalam peristiwa itu," kata Puan.
Ketua DPR. KH Zainul Arifin yang ikut shalat Iduladha juga ikut terluka. Sebuah peluru menyerempet bahu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu.
Seperti diketahui, pada shalat Iduladha waktu itu, Ketua PBNU, KH Idham Chalid bertindak sebagai imam dan khotibnya Wakil Menteri Pertama Bidang Pertahanan dan Keamanan/KSAD Abdul Harris Nasution.
Ketika shalat Iduladha yang dimulai sekitar pukul 7.50 WIB tersebut, Presiden Soekarno berada di barisan terdepan jamaah.
Di sebelah kirinya ada Abdul Harris Nasution. Di Samping Nasution ada KH Zainul Arifin. Di Samping Kiai Zainul ada KH Saifuddin Zuhri.
Puan mengatakan, empat penembak Bung Karno itu belakangan divonis mati. Mereka adalah Sanusi Firkat, Djajapermana, Kamil, dan Napdi.
Tetapi ketika disodorkan dokumen untuk membubuhkan tandatangan eksekusi, Bung Karno tidak sampai hati.
"Karena kakek saya waktu itu meyakini bahwa pembunuh yang sesungguhunya adalah orang-orang yang menjadi dalang perbuatan itu,” tutur perempuan pertama yang menjadi Menko PMK ini.
Peristiwa itu menjadi percobaan pembunuhan kesekian kali terhadap Bung Karno, setelah peristiwa Cikini 1957.(-)