Masjid Jakarta Islamic Centre, Koja, Jakarta Utara Terbakar, Kubah Ambruk

SetyoNt - Rabu, 19 Oktober 2022 22:14 WIB
Kubah Masjid Jakarta Islamic Centre, terbakar, Rabu (19/10) sore.

Jakarta, Jatengaja.com - Masjid Jakarta Islamic Centre atau Masjid Jami Jakarta Center di Jalan Kramat Jaya Raya Nomor 1, RT 06/RW 01, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara terbakar, Rabu (19/10) sekitar pada pukul 15.24 WIB.

Kebakaran Masjid Jakarta Islamic Centre sangat mengejutkan warga di sekitarnya. Bahkan warga menjerit saat kubah mesjid tersebut ambruk.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari command center Suku Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta menyebutkan untuk proses pemadaman kobaran api di Masjid Jakarta Islamic Centre mengerahkan sebanyak 10 unit mobil pemadam kebakaran.

Kejadian Kebakaran yang melanda Masjid Jakarta Islamic Centre, berawal ketika pekerja bangunan sedang merenovasi kubah masjid.

"Pekerja dari PT Dwi Agung Sentosa Pratama sedang melakukan renovasi atap kubah Masjid Islamic Centre. Renovasi menggunakan bahan tripleks," kata Kasat Intelkam Polres Metro Jakarta Utara AKBP Slamet Wibisono dalam keterangan, Rabu (19/10) petang dilansir dari floresku.com jaringan Jatengaja.com.

Menurut Slamet ketika ingin memasang tripleks di atas masjid, pekerja bangunan melelehkan membran menggunakan alat bakar. Saat melakukan pekerjaan itu, percikan api muncul dari alat bakar hingga menimbulkan api cukup besar.

“Saksi berupaya memadamkan api dengan menggunakan APAR (alat pemadam api ringan), namun api semakin membesar dan akhirnya kubah Masjid Islamic Centre keseluruhan terbakar,” ujarnya.

Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono didampingi Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan mendatangi Masjid Jakarta Islamic Center yang terbakar Rabu, sore.

“Hanya bagian kubah dari Masjid JIC yang terdampak kebakaran itu,” kata Heru dalam rekaman video yang diedarkan Humas Pemprov DKI Jakarta.

Heru yang baru dilantik sebagai PJ Gubernur DKI Jakarta memastikan kebakaran di Masjid Jakarta Islamic Center sudah sudah dapat dilokasir dan dipadamkanpadam seluruhnya.

"Sudah dilokalisir, api sudah dipadamkan petugas Suku Dinas Kebakaran DKI Jakarta. Saya terima kasih kepada dinas kebakaran yang gerak cepat," katanya.

Kendati demikian, Heru dirinya tak ingin berasumsi soal penyebab terjadinya kebakaran kubah Masjid Jakarta Islamic Centre, karena masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.

“Masih ada pekerjaan waktu itu, renovasi bagian kubah masjid. Penyebab kebakaran sedang diteliti ya,” katanya.

Peristiwa kebarakan Masjid Jakarta Islamic Center, mendapat perhatian dari berbagai kalangan masyarakat, baik umat Islam sendiri maupun umat beragama lain. Padre Marco SVD dari Vatikan segera merespon kabar buruk tersebut dan ikut prihatin dengan musibah yang menimpa Masjid Jakarta Islamic Center.

"Masjid Jakarta Islamic Center di Jakarta Utara terbakar, Kubah Masjid Jakarta Islamic Center Ambruk! Baru beberapa menit lalu terjadi. Kasihan, semoga lekas teratasi," tulis Padre Marco lewat aplikasi, WhatsApp, pukul 18.50 WIB

Sejarah Masjid Jakarta Islamic Centre

Seperti diketahui, Masjid Jakarta Islamis Centre merupakan sebuah masjid serta lembaga pengkajian dan pengembangan Islam di Jakarta.

Berlokasi di Jalan Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara, kompleks pengembangan Islam ini dibangun di bekas lahan prostitusi terbesar se-Asia Tenggara pada era 1970-1999.

Dahulu, wilayah yang disebut Kramat Tunggak itu menjadi saksi bisu bagaimana para pekerja seks komersial (PSK) mencari pundi-pundi rupiah.

Lokalisasi Kramat Tunggak merupakan lokasi rehabilitasi sosial Kramat Tunggak yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin.

Perkembangan lokalisasi Kramat Tunggak terbilang sangat pesat, hingga terkenal ke seluruh Asia Tenggara sebagai pusat prostitusi terbesar.

Pada 1970, awal dibukanya tempat ini berisikan 300 wanita tuna susila (WTS) di bawah 76 orang germo. Jumlahnya kian bertambah seiring berjalannya waktu.

Pada tahun 1990-an, tercatat lokalisasi Kramat Tunggak dihuni oleh lebih dari 2.000 pekerja seks dengan pengawasan 258 muncikari dan 700 orang pembantu pengasuh, 800 pedagang asongan, dan 155 orang tukang ojek.

Pada tahun 1999 menjelang ditutupnya lokasi ini, jumlah WTS mencapai 1.615 yang dibawahi 258 orang germo yang tinggal dalam 277 unit bangunan dilengkapi 3.546 kamar di dalamnya. Menandakan lokalisasi tumbuh dan berkembang dengan pesat.

Jakarta Islamic Centre saat ini menjadi pusat aktivitas keberagaman umat Islam, khususnya di DKI Jakarta Perubahan tersebut terjadi ketika Sutiyoso masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2001.

Setelah mendapatkan saran dari para ulama dan tokoh masyarakat, Sutiyoso merespons dengan menerbitkan SK Gubernur KDKI No. 99/2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta, Jakarta Islamic Centre.

Selanjutnya pada tahun April 2004, Badan Pengelola Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre) diangkat/dilantik melalui SK Gubernur KDKI Jakarta No. 651/2004. (-)

Tulisan ini telah tayang di floresku.com oleh redaksi pada 19 Oct 2022

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS