Ganjar Dorong Masyarakat Konsumsi Pangan Lokal Non Beras
Boyolali, Jatengaja.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menggelar Festival Pangan Lokal Jawa Tengah di Asrama Haji Donohudan, Boyolali. Kegiatan diikuti puluhan peserta dari berbagai kabupaten dan kota.
Festival Pangan Lokal Jawa Tengah untuk mengenalkan berbagai produk makanan non beras, seperti singkong, ubi jalar, jagung, dan lainnya kepada masyarakat.
Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo menodorong masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal sebagai substitusi pengganti nasi guna mengantisipasi potensi rawan pangan di tahun-tahun depan.
- Jatim Raih Juara Umum MTQ Nasional XXIX 2022
- Buntut Tragedi Tewaskan Ratusan Orang, Presiden Jokowi Akan Runtuhkan Stadion Kanjuruhan Malang
- Tawarkan Konsep Prasmanan, Cara Narizma Dimsum Pikat Pelanggan
- PSSI Jajagi Jalin Kerja Sama dengan KNVB dan Klub Belanda Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam
- Gandeng Banyak Pihak, PGN Siap Kembangkan Bisnis Biomethane
“Melalui Festival Pangan Lokal Jawa Tengah ini harapannya masyarakat paham bahwa kaya bahan makanan non beras. Kalau hari ini kita menyiapkan saat bila nanti terjadi kerawanan sudah siap,” katanya usai membuka Festival Pangan Lokal Jateng di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Rabu (19/10).
Oleh karenanya, lanjut Ganjar harus dimulai dari hulu dan hilirnya, sehingga setiap orang tidak hanya belajar produksi pangan lokal, tapi juga cara mengolah, sampai membiasakan pangan alternatif atau substitusi atau pengganti.
Keuntungan pangan lokal juga pada nutrisi atau gizinya yang baik untuk kesehatan. Terutama sebagai bentuk pengurangan kasus stunting mulai dari kehamilan ibu serta bagi anak-anak.
“Pangan lokal ternyata cukup bisa membantu mengatasi stunting. Kita libatkan tenaga penelitian, perguruan tinggi, petani, pemda, berkolaborasi di kegiatan ini,” ujar Ganjar.
Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Dyah Lukisari potensi pangan lokal sangat banyak, seperti singkong, ubi jalar, jagung, talas, dan lainnya.
Hanya saja yang jadi masalah adalah konsumsinya masih belum bergerak karena masyarakat yang membeli masih sedikit.
Tantangannya sekarang adalah, memulai dari hilir yaitu membiasakan lidah masyarakat mengonsumsi ubi, singkong, dan lainnya. Sehingga setelah permintaan meningkat, petani akan bergairah menanam karena produksinya dibeli,” ujarnya.
"Saya coba masuk tidak melalui forum yang biasa, seperti lebih banyak mengundang milenial, karena mereka segmen paling banyak untuk mengonsumsi pangan lokal,” katanya.
- Pemprov Jateng Targetkan Penggunaan Energi Baru Terbarukan Bisa Capai 23%
- KSPI Tuntut UMP Jateng 2023 Naik 13 %
- Pandemi Covid-19 Bawa Berkah Bagi Gallery Bordir Semarang Kebanjiran Pesanan
Penggerak pangan lokal yang juga pembina dan inisiator perkumpulan petani pekarangan (Pastakaran) Temanggung, Zainu Fitroni mengatakan mengenalkan produk pangan lokal daerah seperti nasi jagung, sayur khas daerahnya, empis-empis, mocaf, talas, ketela, ubi ungu, ubi kuning dan singkong.
"Kami bergerak di tiga hal yaitu tanaman pekarangan, pangan lokal, dan agribisnis. Ini momen yang tepat dan merupakan Hari Pangan. Kami merupakan komunitas petani yang mengembangkan pertanian dan pakan lokal,” ujarnya.
Penggerak pangan lokal asal Kabupaten Tegal, Mubarak Ravi mengatakan pihaknya membuat makanan olahan dari singkong yang diberi nama Djintoel yakni singkong itu diolahnya dengan diparut, dikukus, kemudian dipotong tipis dan digoreng jadi keripik.
"Bagus sekali langkah pemerintah akhirnya bisa pameran. Harapan produk saya bisa gampang masuk ke minimarket,” harapnya. (-)