Kenaikan Harga Bawang Merah Picu Jateng Alami Inflasi Bulan November Sebesar 0,26 Persen
Semarang, Jatengaja.com - Inflasi Jawa Tengah (Jateng) pada November 2024 tercatat sebesar 0,26 peesen (mtm), meningkat dibandingkan inflasi periode Oktober sebesar 0,19 persen (mtm).
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jateng Ndari Surjaningsih mengatakan, inflasi di Jateng masih lebih rendah dibandingkan nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,30 persen (mtm).
“Secara tahunan inflasi Jawa Tengah tercatat sebesar 1,33 persen (yoy), juga lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 1,55 persen (yoy),” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (5/12/2024).
- Dukung Ketahanan Pangan Nasional, BRI Salurkan Kredit Besar untuk Sektor Pertanian
- PT Pertamina Patra Niaga Prediksikan Libur Nataru Konsumsi BBM Gasoline di Jateng dan DIY Naik 7,4 Persen
- Persempit Gerak Judi Online, Kemenkomdigi Akan Blokir Transfer Pulsa Terindikasi Judol
- Masyarakat Indonesia yang Gunakan Layanan Bank Digital Capai 49 Persen
- Bank Arto Moro Semarang Terus Dorong Pertumbuhan Bisnis dan Potensi Karyawan
Menurut Ndari, peningkatan tekanan inflasi terutama dipengaruhi oleh Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya.
Dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, kenaikan inflasi didorong oleh kenaikan harga pangan utama, antara lain bawang merah, minyak goreng, tomat, dan daging ayam ras.
Kenaikan harga bawang merah berlangsung seiring dengan periode panen yang telah berakhir, sehingga sebagian besar wilayah sentra yakni Demak, Brebes, dan Nganjuk sedang memasuki masa tanam kembali.
“Panen bawang merah diperkirakan akan berlangsung kembali pada pertengahan Desember ini. Untuk komoditas minyak goreng, kenaikan harga berlangsung seiring dengan pemberlakuan Permendag No 18/2024 yang berlaku per 14 Agustus 2024 lalu,” jelasnya.
Dalam ketentuan tersebut, Kementerian Perdagangan menaikkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng dari Rp14.000 jadi Rp15.700 per liter. Kenaikan harga lebih lanjut juga dipengaruhi oleh kenaikan harga kelapa sawit yang disebabkan oleh penurunan produksi TBS.
Pada tahun ini, sekitar sepertiga dari wilayah utama penghasil sawit di Indonesia, seperti Sumatera dan sebagian Kalimantan)mengalami curah hujan yang lebih rendah dari rata-rata. Hal tersebut menyebabkan penurunan produksi hingga 5% dibandingkan tahun 2023.
“Harga tomat naik karena panen yang mulai berkurang dan harga daging ayam ras naik sejalan dengan harga Day Old Chicks (DOC) broiler yang naik,” ujar Ndari.
Sedangkan dari Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya, kenaikan inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan. Kenaikan harga emas perhiasan berlangsung seiring dengan kenaikan harga emas dunia.
Adapun kenaikan harga emas dunia dipengaruhi oleh peningkatan preferensi investor terhadap aset safe haven seiring dengan peningkatan tensi geopolitik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina.
Kenaikan harga emas dunia juga dipengaruhi oleh ekspektasi pasar terhadap prospek laju penurunan suku bunga The Fed yang diperkirakan bergerak lebih lambat.
“Kenaikan inflasi tertahan deflasi pada Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, terutama dipengaruhi penurunan harga telepon seluler,” kata Ndari.
Untuk menjaga stabilitas harga di Jawa Tengah, BI Bank bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah terus melakukan sinergi dan mengintensifkan berbagai program pengendalian inflasi.
Melalui kerangka 4K (Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, Ketersediaan Pasokan, dan Komunikasi Efektif), diharapkan mampu mengelola inflasi agar tetap berada dalam rentang sasaran sebesar 2,5%±1%. (-)