Harus Serius, Potensi Industri Rumput Laut Bisa Hasilkan Rp193 Triliun
Jakarta, Jatengaja.com - Potensi ramput laut di Indonesia belum tergarap dengan baik. Padahal, Indonesia merupakan negara penghasil budidaya rumput laut terbesar kedua di dunia.
Saat ini, ekspor produk hilir rumput laut indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan ekspor rumput laut kering. Selama satu dekade terakhir, ekspor rumput laut kering dari Indonesia terus mendominasi pasar, baik untuk konsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri.
Data Kemenperin menunjukkan bahwa rumput laut kering mencakup 66,61% dari total ekspor. Sebaliknya, produk olahan rumput laut seperti karagenan dan agar-agar hanya menyumbang 33,39% dari ekspor.
- PALM Lakukan Sejumlah Aksi Korporasi Perkuat Struktur Permodalan
- Cegah Kekerasan Seksual di Kampus, Undip Bentuk Satgas PPKS
- Jangan Coba-Coba Jiplak Batik Tulis Lasem Rembang, Bisa Dijerat Pidana 4 Tahun
Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumput laut yang diproduksi masih diekspor dalam bentuk mentah, sementara produk olahan dengan nilai tambah yang lebih tinggi belum mencapai porsi yang signifikan dalam perdagangan internasional.
" Kita berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi komoditas rumput laut melalui berbagai kebijakan,” kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, di Jakarta.
Pada tahun 2023, Indonesia berhasil memproduksi 10,7 juta ton rumput laut basah. Selama ini, pemanfaatan olahan rumput laut sebagian besar difokuskan pada produk makanan dan minuman, dengan porsi sebesar 77%. Sisanya, sebesar 23%, digunakan untuk sektor farmasi, kosmetik, dan produk lainnya.
Potensi pasar baru untuk produk hilir rumput laut diprediksi akan mencapai US$11,8 miliar atau sekitar Rp.193,8 triliun (kurs Rp16.430) pada tahun 2030, memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri ini.
Menyadari potensi besar yang belum tergarap, Kemenperin mendorong industri rumput laut untuk lebih adaptif terhadap perubahan dan perkembangan pasar.
“Untuk itu, diperlukan pengembangan dan inovasi produk untuk mendorong hilirisasi rumput laut menjadi produk-produk potensial tersebut,” kata Putu.
Kemenperin menargetkan pengembangan produk hilir yang lebih beragam, termasuk biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil.
- Indibiz, Solusi Digital bagi Pelaku Bisnis di Sektor Kesehatan, Energi, dan Ekspedisi
- Bank Mandiri Kini Jual Tiket Timnas Garuda Asia di Ajang AFF U-16 via Livin’ Sukha
- Pemerintah Pusat Beri Bantuan 4.350 Unit Mesin Pompa Air kepada Provinsi Jateng
Diharapkan Indonesia dapat lebih memaksimalkan potensi rumput lautnya, tidak hanya sebagai bahan baku, tetapi juga sebagai produk hilir yang memiliki nilai tambah tinggi dan mampu bersaing di pasar global.
Kuasai 70% Pangsa Pasar
Berikut adalah daftar negara-negara dengan produksi rumput laut terbesar di dunia, yang menyumbang sekitar 70% dari total produksi global. Rumput laut ini digunakan dalam berbagai industri, termasuk makanan, farmasi, kosmetik, dan tekstil,
- Cina: 20,8 juta ton
- Indonesia: 9,6 juta ton
- Filipina: 8,1 juta ton
- Korea Selatan: 6,9 juta ton
- Jepang: 4,7 juta ton
- Chili: 3,9 juta ton
- Peru: 3,5 juta ton
- Kanada: 2,4 juta ton
- Norwegia: 2,2 juta ton
- Spanyol: 1,9 juta ton (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 27 Jun 2024