Dinkes Jateng – PKK Kolaborasi Berantas Tuberkulosis pada Anak
Semarang, Jatengaja.com – Kasus Tuberkulosis pada anak di Jawa Tengah setiap tahun meningkat. Data menunjukan, pada 2022 kasus Tuberkulosis anak mencapai 14.424 kasus dengan proporsi kasus yang naik 21 persen.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah menggandeng Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteran Keluarga (TP PKK) memberantas Tuberkulosis pada anak. Kolaborasi dilakukan, karena kader PKK yang menjangkau akar rumput, sehingga efektif dalam melakukan sosialisasi terhadap bahaya Tuberkulosis untuk memutus mata rantai penyebaran.
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinkes Jateng, Riptieni Tri Lutiarsi mengatakan, kasus Tuberkulosis di Jawa Tengah setiap tahun meningkat. Data menunjukan, pada 2022 kasus Tuberkulosis anak mencapai 14.424 kasus dengan proporsi kasus yang naik 21 persen. Karenanya, kader PKK diajak menyebarkan sosialisasi untuk mencegah dan memutus mata rantai penyakit TB pada anak.
- Mau Nonton Laga Indonesia vs Burundi, Siapkan Uang Rp125 Ribu Hingga Rp400 Ribu
- Kesemarakan Dugderan di Kota Semarang
- Mengenal Surface Mining, Penambangan Terbuka Tanpa Peledakan di Pabrik SIG Tuban
“Ibu-ibu PKK kita ajak dalam rangka memutuskan mata rantai penularan TB dan mencegah penularan ke anak. Harapannya, mereka dapat mengedukasi, apabila ada yang terserang atau bergejala, segera diperiksakan ke layanan kesehatan,” katanya pada acara workshop Pendampingan Pengobatan Tuberkulosis Anak, di Grhadhika Bakti Praja, Jumat (24/3/2023).
Dikatakan, kolaborasi dengan PKK dilakukan di seluruh pelosok Jawa Tengah. Nantinya, para kader akan diedukasi bagaimana cara penularan dan memahami ciri-ciri anak yang terkena Tuberkulosis, agar bisa melakukan deteksi dini.
Deteksi Dini
Melalui deteksi dini, penyakit itu bisa disembuhkan dengan konsumsi obat rutin, yang tersedia gratis. Jika konsisten, dalam enam bulan Tuberkulosis bisa dieliminasi dari tubuh manusia. Namun, jika tidak terdeteksi, penderita Tuberkulosis bisa saja terinfeksi tetapi tidak merasakan gejala, kemudian menularkannya kepada orang lain.
Selain menggandeng PKK, Dinkes Jateng juga telah melakukan sosialisasi, pemberian terapi tuberkulosis dan skrining, yang dilakukan di sekolah hingga ponpes.
“Ketika penemuannya makin banyak, kita bisa mengobati. Jangan seperti fenomena gunung es, yang kasusnya sedikit, tapi belum tentu tidak ada penularan Tuberkulosis,” ujarnya.
Wakil Ketua I TP PKK Provinsi Jateng, Nawal Arafah mengapresiasi hal tersebut. Menurutnya, tuberkulosis merupakan satu dari 10 penyakit yang menyebabkan kematian.
- UU P2SK Belum Cukup Berdayakan BPR BPRS
- Dinilai Tak Sejahterakan Warga Sekitar, Ratusan Orang Geruduk Pabrik Aqua di Klaten
- BPJPH Buka Pendaftaran 1 Juta Sertifikat Halal Gratis untuk UMK, Ini Syaratnya
Ditambahkan, keseriusan Pemprov Jateng dalam memberantas Tuberkulosis, ditunjukkan dengan Pergub 93/2018 tentang rencana aksi daerah menanggulangi TB, dan komitmen bebas Tuberkulosis pada 2028. Oleh karena itu, ia mengajak kader PKK di pelosok Jateng menjadi duta pemberantas tuberkulosis.
Nawal menyebut, keberhasilan pemberantasan bukan hanya tugas pemerintah, masyarakat pun andil dalam pemberantasan penyakit itu.
“TP-PKK dan organisasi perempuan seperti Aisyiyah dan Fatayat, organisasi profesi, harus terlibat dalam penanggulangan Tuberkulosis. Mereka harus menyebarkan informasi melalui berbagai media, media sosial, pesan WA penyuluhan. Kenali gejalanya, kalau ada laporkan melalui Posyandu atau RT, kita jangkau untuk mengurangi kasus di Jateng,” kata Nawal. (-)