Buku “Pesantren, Anti Bullying dan Kekerasan Seksual” Diminta Didistribusikan ke Pesantren
Semarang, Jatengaja.com – Buku karya Bunda Literasi Jateng Nawal Arafah Yasin. Bertajuk “Pesantren, Anti Bullying dan Kekerasan Seksual”, diharapkan bisa didistribusikan ke seluruh pondok pesantren.
Buku itu diyakini membuka jalan agar lembaga pendidikan mampu mewujudkan manajemen kesejahteraan, guna membendung perundungan di semua tempat.
Hal itu diungkapkan para pegiat literasi saat mengikuti acara di Perpusda Jawa Tengah, Jumat (16/5/2025).
Menurut pegiat sastra asal Yogyakarta, Asmariyah, realitas perundungan di dunia pendidikan, juga di beberapa pondok pesantren memang terjadi.
- BRI Berikan Hadiah Utama BRImo FSTVL 2024 untuk Nasabah Loyal
- GoPay Lawan Judi Online Lewat Tur Edukasi di 30 Kota
- PPIH Arab Saudi Sediakan Menu Makanan Nusantara kepada Jemaah Haji Indonesia
“Saya berharap, buku ini menyebar ke pondok pesantren, khususnya apa yang diutarakan bunda benar adanya mengenai kekerasan bullying ,” tuturnya dikutip dari jatengprov.
Hal serupa diungkapkan pegiat literasi, sekaligus orang tua santri, Tirta. Menurutnya, buku “Pesantren, Anti Bullying dan Kekerasan Seksual”, asli karena lahir dari dalam pesantren, di mana Nawal dibesarkan. Dia pun memberi apresiasi kepada Bunda Literasi Jateng.
“Setelah buku ini muncul, setelah ibu menjadi bunda literasi, dan Ketua PKK, bagaimana kami sebagai pegiat literasi bisa terlibat di DP3AP2KB, untuk ikut terlibat di sini,” tuturnya.
Nawal mengungkapkan, buku tersbut lahir dari sebuah membiarkan kasus-kasus perundungan yang ada di lingkungan pesantren. Menurutnya, perundungan dapat dicegah dengan penerapan pendekatan kesejahteraan atau manajemen kesejahteraan di dunia pendidikan.
Fenomena
Dia menggarisbawahi, ada tiga poin yang wajib dilakukan oleh lembaga pendidikan. Pertama Save Environment (lingkungan yang aman), Inklusif dan kolaborasi. Sebab, perundungan dan kekerasan seksual di lembaga pendidikan, seperti fenomena gunung es.
Menyitir data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), pada tahun 2024 terjadi 573 kasus, terkait bullying dan kekerasan seksual.
“Maka membutuhkan kesadaran bersama membutuhkan kolaborasi bersama. Maka ketika buku ini harus disebarluaskan, tentu ini sangat baik, dan diharapkan memiliki dampak dan kontribusi positif,” tutur Nawal.
- Tekun Tabung Rp1.000 Per Hari, Antarkan Warga Ambarawa Legiman Berangkat Haji 2025
- Menag Nasrudin Ucapkan Selamat Terpilihnya Paus Leo XIV Sebagai Pemimpin Umat Katolik Dunia
- Gubernur Jateng Lepas 1.200 Siswa Magang Kerja ke Jepang
Dikatakan, pada buku ini tidak memuat kasus per kasus bullying atau kekerasan seksual. Di dalamnya menawarkan konsep lembaga pendidikan, khususnya pondok pesantren ramah anak dan perempuan.
“Budaya yang harus dibangun seperti apa, kemudian ketika ada korban apa yang harus dilakukan, kemudian sebagai penunjuk bagaimana langkah ketika ada antibullying dan kekerasan, dan bagaimanana pencegahannya,” kata Nawal.
Selain pencegahan, di dalam buku karya Nawal Arafah juga ditulis mengenai perlunya pendampingan bagi korban ataupun pelaku. Pendampingan itu dilakukan baik secara psikologis ataupun afirmasi positif, agar mereka tetap dapat melanjutkan pendidikan, berprestasi, dan tumbuh sehat. (-)