Boeing Bakal Hentikan Produksi Jet Tempur Super Hornet, Ini Alasanya

SetyoNt - Jumat, 24 Februari 2023 22:10 WIB
F/A-18 Super Hornet (US Navy)

Jatengaja.com - Perusahaan pesawat terbang terbesar dunia Boeing bakal menghentikan total lini produksi pembuatan jet tempur F/A-18E/F Super Hornet pada tahun 2025.

Selanjutnya Boeing akan memfokuskan kembali sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas yang dimiliki pada proyek lain. Manajemen Boeing juga akan melihat pada pekerjaan di masa depan.

Dilansir dari trenasia.com jaringan Jatengaja.com, manajemen Boeing dalam pernyataan Kamis 23 Februari 2023 menyatakan dengan dibebaskannya tenaga kerja dan fasilitas produksi yang berbasis di St. Louis, Boeing akan dapat meningkatkan produksi pesawat latih T-7A Red Hawk.

Selain itu juga pembangunan F-15EX dan komponen sayap 777X untuk Angkatan Udara Amerika. Juga pengembangan dan pembangunan drone tanker MQ-25 Stingray untuk Angkatan Laut Amerika.

Perusahaan berencana untuk mencurahkan lebih banyak perhatian untuk mengembangkan program masa depan. “Perusahaan sedang membangun tiga fasilitas baru di St. Louis untuk platform berawak dan tanpa awak tingkat lanjut,” kata perusahaan itu dikutip Defense News Kamis 23 Februari 2023.

Pengumuman Boeing mengakhiri satu dekade fluktuasi untuk lini produksi Super Hornet. Angkatan Laut Amerika awalnya berencana untuk berhenti membeli jet di tahun anggaran 2014 di tengah pembatasan anggaran.

Namun Kongres terus menambahkan pesawat secara bertahap selama beberapa tahun selanjutnya. US Navy akhirnya mulai merencanakan pembelian tambahan. Termasuk kontrak untuk membantu mengelola kekurangan pesawat tempur.

Angkatan Laut Amerika bermaksud untuk mengakhiri pesanan Super Hornet setelah kontrak multi-tahun itu selesai. Tetapi Kongres campur tangan lagi dan menambahkan US$977 juta pada tahun 2022 untuk 12 pesawat. Dan US$600 juta pada anggaran tahun 2023 ini untuk delapan pesawat tambahan.

Juru bicara Boeing, Deborah VanNierop mengatakan, kedelapan pesawat ini akan mulai diproduksi pada tahun 2025 dan menjadi Super Hornet Amerika terakhir yang pernah dibuat. Angkatan Laut Amerika pada akhirnya akan membeli total 698 Super Hornet selama 30 tahun.

India masih dalam proses pemilihan pesawat tempur. Dan Super Hornet adalah salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan. “Jika Angkatan Laut India memilih Super Hornet, Boeing akan membangun pesawat itu dan menutup jalur tersebut pada 2027 setelah selesai.”

Meski produksi beakhir, program peningkatan Super Hornet untuk memutakhirkan jet dan menambahkan sekitar 4.000 jam terbang akan berlanjut hingga tahun 2030-an. Ini termasuk peningkatan untuk memodernisasi EA-18G Growler.

Penutupan ini dilakukan setelah Super Hornet kalah dalam kompetisi di Kanada untuk menggantikan CF-18 Hornet. Negara tersebut memilih F-35A. F/A-18 E/F juga tersingkir di Jerman setelah Berlin juga memilih Join Strike Figter.

Saat ini Australia menjadi satu-satunya negara yang menerbangkan Super Hornet di luar Amerika. Mereka membeli 24 jet tempur dua mesin tersebut.

Tulang Punggung US Navy

Super Hornet menjadi tulang punggung sayap tempur Angkatan Laut Amerika. Jet tempur ini telah terlibat di banyak konflik militer Amerika Serikat. Dari Afghanistan, Irak, Libya hingga perang melawan ISIS di Suriah. Pesawat-pesawat ini berterbangan dari kapal Induk Amerika untuk menggempur target.

Pesawat ini menjadi salah satu puncak dari generasi keempat setelah F-14, F-15 dan F-16. Kemampuan tempurnya tidak diragukan lagi. Dia hanya setengah strip berada di bawah generasi kelima. Alias ada di generasi 4,5.

Super Hornet pada hakekatnya merupakan pesawat model baru meski memiliki tampilan mirip dengan F/A-18C/D Hornet. Super Hornet mulai dikembangkan pada tahun 1992.

Pertama kali terbang pada November 1995, pesawat mulai beroperasi pada 1999. Versi saat ini meliputi F/A-18E (satu kursi) dan F/A-18F (dua kursi). Versi ini untuk menggantikan F/A-18 dan F-14 Tomcat. Selain itu juga ada EA-18G Growler yang merupakan jet tempur elektronik.

Jet tempur Super Hornet memiliki sayap 25% lebih besar yang memungkinkan pesawat untuk kembali ke sebuah kapal induk dengan beban sisa amunisi yang lebih besar.

Pesawat ini dapat membawa lima tangki bahan bakar eksternal dengan kapasitas masing-masing 1.700 liter untuk penerbangan jarak jauh. Atau empat tangki plus satu kali pengisian di udara.

Angkatan Laut Amerika awalnya berencana untuk mendapatkan total 1.000 Super Hornet. Tetapi pada tahun 1997 dikurangi menjadi 548. Namun karena penundaan F-35C pembelian pesawat ini kembali naik. (-)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Amirudin Zuhri pada 24 Feb 2023

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS