Ada 3 Tingkatan Puasa Ramadhan, Berikut Penjelasannya

SetyoNt - Minggu, 10 April 2022 13:48 WIB
Tios Agar Tetap Bugas Puasa Ramadhan di Tengah Pandemi COVID-19 (llustrasi puasa Ramadhan/istimewa)

Jatengaja.com – Saat ini umat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1443 H/2022. Saat sudah memasuki hari yang kedelapan

Ibadah puasa Ramadhan tidak hanya sekadar menahan lapan dan dahaga dari fajar sampai magrib, namun juga menahan dari hawa nasfu dan maksiat serta lainnya yang bisa menghapuskan pahala puasa.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Falah Bareng Jekulo, Kudus KH. Ahmad Badawi Basyir dilansir dari Sigijateng. ada tiga tingkatan dalam puasa Ramadhan, yakni puasa umum, khusus, dan sangat khusus.

KH Ahmad Badawi menyebutkan tiga tingkatan puasa Ramadhan tersebt ditulis Imam Abu Hamid al-Ghazali (wafat tahun 505 H) dalam dalam kitab Ihya’ Ulum ad-Din.

“Kitab Ihya’ Ulum ad-Din menguraikan dengan jelas dan bagus rahasia-rahasia puasa yang bersifat batiniah, yang akan mengantarkan orang yang berpuasa menuju tingkatan puasa yang paling tinggi dan sempurna,” katanya.

Imam Abu Hamid al-Ghazali yang juga ulama besar madzhab Syafi’i dan rektor Universitas Nizhamiyah kota Naisabur itu berkata :

اعْلَمْ أَنَّ الصَّوْمَ ثَلَاثُ دَرَجَاتٍ: صَوْمُ الْعُمُومِ، وَصَوْمُ الْخُصُوصِ، وَصَوْمُ خُصُوصِ الْخُصُوصِ.

“Ketahuilah sesungguhnya shaum (puasa) itu ada tiga tingkatan; puasa umum, puasa khusus, dan puasa sangat khusus.”

Beliau kemudian menguraikan masing-masing tingkatan tersebut.

Pertama, Puasa umum.

أَمَّا صَوْمُ الْعُمُومِ: فَهُوَ كَفُّ الْبَطْنِ وَالْفَرْجِ عَنْ قَضَاءِ الشَّهْوَةِ

“Puasa umum adalah menahan perut dan kemaluan dari menenuhi syahwat.”

Maksudnya, puasa umum atau puasa orang-orang awam adalah sekadar mengerjakan puasa menurut tata cara yang diatur dalam hukum fiqih.

Seseorang makan sahur dan berniat untuk puasa pada hari itu, lalu menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan badan dengan suami atau istrinya sejak dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari.

Jikatelah dikerjakan, maka secara hukum fiqih telah mengerjakan kewajiban shaum Ramadhan. Puasanya telah sah secara lahiriah menurut tinjauan ilmu fikih.

Kedua, Puasa Khusus.

وَأَمَّا صَوْمُ الْخُصُوصِ فَهُوَ كَفُّ السَّمْعِ وَالْبَصَرِ وَاللِّسَانِ وَالْيَدِ وَالرِّجْلِ وَسَائِرِ الْجَوَارِحِ عَنِ الْآثَامِ

“Puasa khusus adalah menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan-perbuatan dosa.”

Tingkatan ini lebih tinggi dari tingkatan puasa umum atau puasa orang-orang awam. Selain menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual, tingkatan ini menuntut orang yang berpuasa untuk menahan seluruh anggota badannya dari dosa-dosa, baik berupa ucapan maupun perbuatan.

Tingkatan ini menuntut seorang muslim untuk senantiasa berhati-hati dan waspada. Menahan matanya dari melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Menahan telinganya dari mendengarkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menahan lisannya dari mengucapkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Menahan tangannya dari melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Menahan kakinya dari melangkah menuju hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Seluruh anggota badannya yang lain dijaga agar tidak terjatuh dalam tindakan maksiat.

Tingkatan puasa ini adalah tingkatan orang-orang shalih.

Ketiga, Puasa Sangat Khusus

وَأَمَّا صَوْمُ خُصُوصِ الْخُصُوصِ: فَصَوْمُ الْقَلْبِ عَنِ الْهِمَمِ الدَّنِيَّةِ وَالْأَفْكَارِ الدُّنْيَوِيَّةِ وَكَفُّهُ عَمَّا سِوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِالْكُلِّيَّةِ.

“Puasa sangat khusus adalah berpuasa menahan hati dari keinginan-keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati dari segala tujuan selain Allah secara totalitas.”

Tingkatan ini adalah tingkatan yang paling tinggi, sehingga paling berat dan paling sulit dicapai. Selain menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksual, serta menahan seluruh anggota badan dari perbuatan maksiat, tingkatan ini menuntut hati dan pikiran orang yang berpuasa untuk selalu fokus, memikirkan hal-hal yang mulia, mengharapkan hal-hal yang mulia dan memurnikan semua tujuan untuk Allah semata.

Puasanya hati dan pikiran, itulah hakekat dari puasa sangat khusus. Puasanya hati dan pikiran dianggap batal ketika ia memikirkan hal-hal selain Allah, hari akhirat dan berfikir tentang keinginan-keinginan dunia, kecuali perkara dunia yang membantu urusan akhirat.

Inilah puasa para nabi, shiddiqin, muqarrabin,para kekasih dan wali Allah.

Dari tiga tingkatan ini, kita mengetahui bahwa ibadah puasa merupakan kesempatan terbesar untuk melatih diri kita supaya lebih baik dari sebelumnya. Semoga puasa kita tidak bersifat formalitas, tetapi juga bermanfaat dan berdampak positif.

Wallahu a`lam.

Disarikan dari kitab Ihya’ Ulum ad-Dien, juz 1/ hal.234. (-)

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS