Selasa, 21 Juni 2022 08:58 WIB
Penulis:Sulistya
Editor:Sulistya
Jakarta, Jatengaja.com - Riset International Data Corporation (IDC) Worldwide Quarterly Mobile Phone Tracker mengungkapkan bahwa pasar smartphone di Indonesia mengalami penurunan sebesar 13,1% pada kuartal I-2022 secara quarter-on-quarter (qoq).
Sementara itu, memasuki tahun 2022, penjualan smartphone di Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 17,3% secara year-on-year (yoy) pada kuartal I-2022.
Rendahnya daya beli masyarakat akibat adanya peningkatan harga komoditas, termasuk telepon genggam, serta kurangnya pasokan smartphone pada segmen entry-level di pasar menjadi pemicu penurunan tersebut.
Sejak 1 April 2022, pajak pertambahan nilai (PPN) ditetapkan naik dari 10% menjadi 11% dan berimbas kepada kenaikan harga barang, termasuk bahan bakar nonsubsidi Pertamax.
“Kenaikan harga diperkirakan akan memberikan tekanan lebih pada daya beli masyarakat. Di sisi lain, ada kemungkinan vendor tidak dapat menyerap kenaikan harga jika melewati batas tertentu. Hal ini berpotensi meningkatkan harga jual rata-rata,” ujar Associate Market Analyst IDC Indonesia Vanessa Aurelia.
Sementara itu, pasokan untuk smartphone di bawah harga US$200 (setara dengan Rp2,96 juta dalam asumsi kurs Rp14.836 per dolar Amerika Serikat/AS) mengalami kendala karena kendala di penyediaan chipset 4G low-end. Akibatnya penurunan di segmen ini pun turun hingga 22% yoy.
Secara keseluruhan, Samsung berhasil menempati posisi puncak pada kuartal I-2022 setelah merilis beberapa model utama seperti seri flagship Galaxy S22, Galaxy A03, dan beberapa Galaxy A lainnya. Galaxy A53 5G, A52s 5G, dan seri S22 yang baru dirilis telah meningkatkan pangsa Samsung di segmen 5G hingga 40% dibanding kuartal sebelumnya atau secara qoq.
Oppo menempati posisi kedua di kuartal I-2022 yang pendorong utamanya adalah model A95 dan A76. Kedua model tersebut dan berbagai model midrange yang baru rilis di kuartal I-2022 telah menumbuhkan penjualan smartphone Oppo di kisaran harga US$200 (Rp2,96 juta) sampai US$400 (Rp5,93 juta) hingga 67% secara qoq.
Sementara itu, pengiriman 5G Oppo dari seri Reno dan Find X meningkat hingga 56% qoq. Akan tetapi, pangsa Oppo di segmen 5G secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah, yakni 3,7% qoq.
Vivo mengisi urutan ketiga karena dukungan model Y15s dan Y21. Vivo pun berhasil mengembangkan segmen midrange yang dipimpin oleh model Y33s dan V23e, didukung pula oleh model Y75 dan V23 yang baru dirilis.
Pangsa segmen ultralow-end (di bawah US$100/Rp1,48 juta) Vivo mengalami penurunan karena berkurangnya pengiriman Y1s di kuartal I-2022.
Xiaomi bertahan di posisi keempat pada kuartal ini meski ada kendala pasokan selama dua bulan pertama. Ketika pasokan meningkat di bulan Maret, Xiaomi berhasil mendongkrak segmen low-end (US$100/Rp1,48 juta-US$200/Rp2,96 juta) dan segmen midrange.
Redmi Note 11 dan Poco M4 Pro yang baru saja dirilis berhasil mendorong peningkatan untuk pengiriman 5G Xiaomi.
Realme berada di posisi kelima pada kuartal I-2022. Realme bertahan di posisi tersebut setelah mereka selesai mereformasi sistem distribusi dan merilis beberapa model kunci seperti seri Realme 9 Pro+ yang membantu pertumbuhan segmen midrange dan pengiriman 5G secara signifikan.
Realme pun merilis smartphone model GT2 Pro yang menjadi perangkat high-end pertama mereka. Sementara itu, segmen low-end Realme tetap kuat, khususnya untuk seri C5Y dan C21Y.
(-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 21 Jun 2022
Bagikan