Saham GOTO Melesat 73%, Telkom Raup Rp 2,74 Triliun

Sulistya - Selasa, 14 Juni 2022 13:52 WIB
Gedung kantor Telkom di kawasan Gatot Subroto, Jakarta. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Jakarta, Jatengaja.com - Hingga akhir pekan lalu (10/6/2022), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) melalui Telkomsel mampu mencatatkan keuntungan investasi di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) senilai Rp 2,74 triliun.

Keuntungan besar itu terjadi ketika investasi strategis itu justru dipermasalahkan oleh sebagian pihak, termasuk Komisi VI DPR RI yang membentuk panitia kerja (panja) investasi BUMN di perusahaan digital.

Lonjakan keuntungan investasi TLKM ini terjadi akibat rally saham GOTO dalam sebulan terakhir. Saham GOTO tercatat melesat 73%, dari Rp 194 pada 13 Mei 2022 menjadi Rp 386 pada 10 Juni 2022. Dalam sebulan terakhir, saham GOTO hanya terkoreksi 3 kali, 14 kali mencatat kenaikan dan 2 hari stagnan.

Telkomsel sendiri menggenggam 23,7 miliar saham GOTO senilai Rp 6,4 triliun atau setara dengan Rp 270 per saham. Dengan harga penutupan akhir pekan lalu di Rp 386, maka nilai investasi Telkomsel bertambah jadi Rp 9,14 triliun dan meraup potensi keuntungan sekitar Rp 2,74 triliun.

Head of Investment PT Reswara Gian Investa, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kenaikan harga saham GOTO yang tinggi dalam sebulan terakhir membuktikan bahwa emiten ini masih memiliki prospek yang baik sebagai perusahaan sasaran investasi.

“Dengan kenaikan harga saham GOTO sekarang, Telkomsel sudah untung lumayan. Namun, jika harga saham GOTO nanti turun lagi, seharusnya tidak menjadi masalah. Kenaikan maupun penurunan harga saham GOTO semestinya bukan persoalan karena tujuan investasinya adalah untuk menunjang bisnis Telkomsel dengan menggaet komunitas GOTO,” kata Kiswoyo, Senin (13/6), dikutip dari www.trenasia.com, media berjejaring Jatengaja.com.

Perhitungan Matang

Atas dasar itu dia menegaskan agar tidak melihat investasi Telkomsel di GoTo hanya dari pergerakan harga saham. Melainkan yang menjadi incaran Telkomsel justru lebih besar lagi, yaitu keuntungan dari kolaborasi dengan Gojek dan Tokopedia. Hal yang sama juga dilakukan oleh sejumlah investor kakap di GoTo, seperti Google, Tencent, KKR, Facebook, dan Visa.

“Dengan menjadi pemegang saham GOTO, Telkomsel berpeluang untuk menggarap bisnis bersama dengan GOTO. Perusahaan sebesar Telkom tidak mungkin berinvestasi layaknya investor ritel yang mengejar keuntungan dari kenaikan harga saham dalam tempo singkat,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Analis Mirae Sekuritas, Nafan Aji. Masuknya Telkom melalui Telkomsel di GOTO dinilainya sudah memiliki perhitungan yang sangat matang. Dalam ekonomi digital, kolaborasi adalah prinsip utama. Karena setiap perusahaan akan buang-buang uang dan waktu apabila membangun ekosistem dari awal. Dengan berkolaborasi, maka Telkomsel bisa melakukan monetisasi dari ekosistem GOTO.

“Telkom sebagi provider telekomunikasi digital berbasis internet melihat ada potensi yang bisa dikembangkan dalam ekosistem GOTO. Ini hanya persoalan waktu yang sifatnya long term. Namanya investasi perlu prudent untuk mencapai growth yang diharapkan,” katanya.

Menurut Nafan, investasi Telkom di GOTO secara tidak langsung turut menggerakkan ekonomi nasional melalui pelaku usaha yang menjadi mitra dalam ekosistem GOTO. Dalam dua tahun terakhir, kontribusi GOTO terhadap perekonomian nasional hampir 2% dari PDB. “Masuknya Telkom di GOTO secara tidak langsung ikut mengembangkan UMKM atau para mitra yang ada di ekosistem tersebut. Dan itu peran yang seharusnya dijalankan oleh BUMN seperti Telkom,” katanya.

Nafan melihat, kinerja GOTO terus mengalami perbaikan berdasarkan laporan keuangan pada Kuartal I 2022. Hal itu turut berdampak pada kenaikan harga saham GOTO. Namun menurutnya, pergerakan harga saham tidak selalu bertumpu pada kinerja perusahaan, ada juga faktor eksternal.

Contohnya pada pekan ini pelaku pasar modal tengah menunggu hasil keputusan suku bunga acuan The Fed. “Pelaku pasar tengah bersiap dengan adanya turbulensi market yang dapat membuat nilai tukar rupiah dan harga saham emiten di bursa terkoreksi,” katanya.

Tetapi investor jangka panjang tentu akan melihat pada kinerja dan aksi korporasi yang dilakukan oleh para emiten bursa sehingga dapat menyakinkan pasar. “Jadi investor pasti akan kembali lagi melihat prospek daripada emiten itu sendiri,” ujarnya.

Oleh karena itu, para analis menilai, politisasi investasi Telkomsel di GOTO justru akan membuat para BUMN khawatir untuk berinvestasi di startup asli Indonesia. Akibatnya, investor asing akan lebih leluasa untuk berinvestasi dan mengambil keuntungan dari ekosistem para startup tersebut.

“Manajemen Telkom semestinya memang harus memberikan penjelasan kepada publik maupun DPR terkait tujuan investasi di GOTO. Mereka harus terbuka supaya publik bisa memahami dengan jelas keputusan investasi Telkom di GOTO ini memiliki tujuan bisnis yang saling menguntungkan, termasuk bagi ekonomi nasional,” sahut Kiswoyo. (-)

Editor: Sulistya
Bagikan

RELATED NEWS