Indonesia
Selasa, 27 Desember 2022 22:23 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt
Jakarta, Jatengaja.com - Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan buka-bukan alasan akhirnya menyetujui impor beras. Padahal beberapa waktu lalu tidak setuju untuk melakukan impor beras
Menurut Mendag Zulkifli Hazan akrab disebut Zulhas waktu menolak impor beras lalu karena data surplus beras yang diberikan oleh Menteri Pertanian (Mentan) bahwa hasil produksi beras 2022 surplus hingga 7 juta ton.
“Saya pada rapat terbatas pertama tak setuju impor beras karena Menteri Pertanian mengatakan Indonesia surplus 7 juta. Walaupun dalam hati saya nggak percaya. Karena data BPS 7 juta, saya tolak itu impor beras,” kata Zulhas dalam Webinar Nasional ICMI TALK "Polemik Impor Beras di Akhir Tahun", Selas 27 Desember 2022 dilansir dari trenasia.com jaringan Jatengaja.com.
Mendag menyebutkan surplus 7 juta ton tersebut hanya bisa terjadi jika sektor pertanian produktif atau dilengkapi dengan kecukupan pupuk, obat-obatan penunjang pertanian, dan irigasi. Nyatanya Zulhas tak menemukan hal tersebut.
Namun, saat rapat terbatas kedua, Zulhas mulai berubah pikiran, terlebih Bulog menyampaikan bahwa cadangan beras pemerintah (CBP) kian kristis. hanya tersisa 500 ribu ron, padahal minimal 1,2 juta ton.
Di sisi lain, harga beras terus naik sampai hampir Rp1.000 per kilogram. Karena kenaikan harga beras sangat berdampak signifikan terhadap inflasi, akhirnya Jokowi memerintahkan Bulog menyerap beras dalam negeri.
Karena tak yakin Bulog dapat membeli beras dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan pasokan CBP, Mendag mengusulkan pada Presiden untuk Bulog agar dapat membeli hasil petani dengan harga yang lebih tinggi atau mengubah batas atas pembelian menjadi batas bawah. Gabah yang harga minimal Rp4.450 dan beras dengan harga minimal Rp8.800 per kilogram. Kemudian selisih harganya akan ditanggung oleh pemerintah atau sebagai subsidi.
Dalam memproduksi beras kata Zulhas, petani Indonesia memiliki dua persoalan yaitu produktivitas dan pasar. Dalam meningkatkan produktivitas, petani masih membutuhkan bibit, pupuk, sarana irigasi, obat-obatan serta lahan yang memadai.
Dari sisi pasar, mereka masih bermasalah di harga jual yang murah. Ia menambahkan, agar petani tidak bingung dari sisi pemasaran, sebaiknya pemerintah membeli hasil panen petani, contohnya seperti beras, jagung, dan kedelai. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 27 Dec 2022
Bagikan
Indonesia
5 bulan yang lalu
Beras
7 bulan yang lalu
Ramadan
8 bulan yang lalu