BI
Jumat, 15 Juli 2022 21:09 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt
Jakarta, Jatengaja.com - Utang luar negeri Indonesia mengalami penurunan, meski tidak signifikan. Bank Indonesia (BI) mencatat penurunan utang luar negeri pada Mei 2022, dan rasionya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pun terjaga di kisaran 32,3%.
Menurut Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Mei 2022 tercatat sebesar US$406,3 miliar atau setara dengan Rp6,09 kuadriliun dengan asumsi kurs rupiah Rp14.999 per dolar Amerika Serikat (AS).
Posisi utang luar negeri itu menunjukkan penurunan 0,9% secara month-to-month (mtm) dibandingkan dengan posisi utang pada bulan April 2022 tercatat senilai US$410,1 miliar (Rp6,15 kuadriliun).
"Tren penurunan utang luar negeri Indonesia terjadi seiring beberapa seri surat berharga negara (SBN) yang jatuh tempo di bulan Mei 2022 dan pengaruh sentimen global yang memicu pergeseran investasi portofolio di pasar SBN domestik oleh investor nonresiden," ujar Erwin dikutip dari keterangan resmi, Jumat, 15 Juli 2022.
Sedangkan secara tahunan, utang luar negeri Mei 2022 terkontraksi 2,6% year-on-year (yoy), lebih besar dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2% yoy.
Erwin menyebutkan utang luar negeri pemerintah, tercatat adanya penurunan 1,2% mtm dari US$190,5 miliar (Rp2,85 kuadriliun) pada bulan April 2022 menjadi US$188,2 miliar (Rp2,82 kuadrililun) pada bulan Mei 2022.
Secara tahunan, utang luar negeri pemerintah kontraksi sebesar 7,5% yoy dan lebih besar dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya di level 7,3% yoy.
Sementara, BI juga mencatat pinjaman luar negeri mengalami sedikit kenaikan dari bulan sebelumnya, terutama pada pinjaman bilateral dari beberapa lembaga mitra yang ditujukan untuk mendukung pembiayaan program-program dan proyek prioritas.
Penarikan utang luar negeri di periode Mei 2022 masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas pemerintah dan mendorong akselerasi program pemulihan ekonomi nasional.
Hingga bulan Mei 2022, dukungan utang luar negeri pemerintah dalam memenuhi kebutuhan belanja prioritas di antara lain mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,5%), jasa pendidikan (16,5%), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,1%), konstruksi (14,3%), serta jasa keuangan dan asuransi (11,8%).
"Posisi utang luar negeri pemerintah relatif aman dan terkendali jika dilihat dari sisi refinancing risk jangka pendek, mengingat hampir seluruhnya merupakan ULN dalam jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,8% dari total ULN pemerintah," tutur Erwin.
Utang Luar Negeri Swasta
Sedangkan untuk utang luar negeri swasta, BI mencatat penurunan sebesar sebesar 0,7% mtm dari US$210,9 miliar (Rp3,16 kuadriliun) pada bulan April 2022 menjadi US$209,4 miliar (Rp3,14 kuadriliun) pada Mei 2022.
Secara tahunan, utang luar negeri swasta terkontraksi 0,7% yoy setelah tumbuh sebanyak 0,3% yoy pada bulan sebelumnya. Penurunan itu didukung oleh ULN perusahaan nonlembaga keuangan yang mengalami kontraksi sebesar 0,9% yoy setelah pada bulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 0,8% yoy.
"Perkembangan ini terutama berasa dari pembayaran pinjaman dan surat utang yang jatuh tempo. Di sisi lain, ULN lembaga keuangan tumbuh sebesar 0,3% yoy setelah pada bulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,9% yoy," ujar Erwin.
Utang luar negeri swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan dengan pangsa mencapai 77,3% dari total utang swasta.
"Utang luar negeri swasta tersebut tetap didominasi utang jangka panjag dengan pangsa mencapai 74,4% terhadap total utang swasta," kata Erwin.
Erwin mengatakan, utang luar negeri Indonesia pada bulan Mei 2022 dinilai tetap terkendali. Hal itu tercermin dari rasio terhadap PDB yang terjaga di kisaran 32,3%, menurun dibandingkan bulan sebelumnya di level 32,6%.
Selain itu, BI pun menilai struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat karena dominasi utang berjangka panjang dengan pangsa mencapai 86,7% dari total utang
"Dalam rangka menjaga agar struktur utang luar negeri tetap sehat, Bank Indonesia dan pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan, didukung oleh penerapan prinsip kehatian-hatian dalam pengelolaannya," ujar Erwin.
Erwin menambahkan, peran utang luar negeri juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 15 Jul 2022
Bagikan
BI
17 hari yang lalu