Dinkes Kota Semarang Sebut 5 Warga Meninggal Akibat Leptospirosis atau Kencing Tikus

Selasa, 07 Maret 2023 17:09 WIB

Penulis:SetyoNt

Editor:SetyoNt

hakam
Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam menyebutkan infeksi paru peringkat pertama penyakit di musim kemarau. (Jatengaja/com.semarangkota.go.id)

Semarang, Jatengaja.com - Selama bulan Januari hingga awal Maret 2023 tercatat sebanyak lima warga Kota Semarang meninggal dunia akibat terkena penyakit leptospirosis.

Leptospirosis atau dikenal dengan kencing tikus merupakan salah satu penyakit yang bisa muncul di musim hujan, sehingga masyarakat perlu waspada terhadap genangan air. 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Moh Abdul Hakam menyatakan sepanjang Januari hingga awal Maret 2023 tercatat ada sebanyak 18 kasus leptospirosis.

“Dari 18 kasus tersebut, lima orang di antaranya meninggal dunia. Kasus leptospirosis paling banyak tersebar di Semarang Utara dan Pedurungan,” katanya dilansir semarangkota.go.id, Selasa (7/3). 

Lebih lanjut Hakam menyatakan, telah mewanti-wanti petugas Dinkes maupun puskesmas untuk mengantisipasi adanya leptospirosis pada musim penghujan. Terlebih, beberapa wilayah di Kota Semarang diterjang banjir dan rob. 

Kepada petugas puskesmas yang wilayah kerjanya terdapat bencana banjir atau rob agar melakukan surveilan aktif tiga pekan pasca banjir dan rob. 

"Kita tidak boleh pasif  hanya nunggu pasien datang ke puskesmas dengan demam, kuning matanya, nyeri betis. Itu adalah ciri khas pasien leptospirosis. Itu nenurut saya sudah terjadi keterlambatan penanganan," ujar Hakam. 

Hakam memaparkan, surveilan aktif dilakukan secara bersama-sama tim dari masing-masing bidang sehingga tidak hanya pengecekan leptospirosis namun juga penyakit lain yang kerap menyerang saat musim hujan, misalnya DBD. 

“Jika ditemukan warga mengalami demam, petugas bisa melakukan skrining awal sehingga akan segera diketahui apakah warga tersebut menderita demam biasa, DBD, leptospirosis, atau penyakit lain yang kerap terjadi saat musim hujan,” ujarnya. 

Selain meminta petugas aktif melakukan surveilans, Hakam juga meminta masyarakat gencar melakukan operasi tangkap tikus (OTT) bersama-sama satu kampung agar tikus-tikus di lingkungan bisa tertangkap. 

Pasalnya, tubuh tikus terutama tikus got memiliki kandungan bakteri leptospirosis yang tinggi sehingga berbahaya. 

“Orang yang sering terpapar adalah yang sering papasa  sama tikus. Bakteri bisa masuk ke tubuh seseorang melalui luka, kaki tidak pakai alas, tangan. Itu kemudian jadi tempat masuk,” kata Kepala Dinkes Kota Semarang. (-)