bencana
Minggu, 05 Oktober 2025 12:29 WIB
Penulis:SetyoNt
Editor:SetyoNt
Sidoarjo, Jatengaja.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan sebnyak 167 santri menjadi korban ambruknya musala milik Ponpes Al Khoziny, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Dilansir dari bnpb.go.id, berdasarkan data per Sabtu 4 Oktober 2025 pukul 12.00 WIB, dari 167 orang santri korban insiden ambruknya musala Ponpes Al Khoziny tersebut 118 orang berhasil ditemukan.
Ke-118 korban yang ditemukan dengan rincian sebanyak 104 orang santri dalam kondisi selamat dan 14 orang meninggal dunia.
Dari korban selamat, satu orang dapat kembali ke rumah tanpa perawatan, 11 orang masih menjalani perawatan, sedangkan 92 orang lainnya telah kembali dari perawatan, sedangkan 49 orang masih dalam proses pencarian.
BBNPB bersama Satgas Gabungan yang terdiri dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, Dinas Kesehatan, PMI, Dinas Sosial, Pemadam Kebakaran, Dinas PU-SDA dan relawan terus pencarian dan pertolongan korban serta melakukan identifikasi jenazah hingga pendampingan keluarga korban.
Kepala BNPB Letjen TNI Dr Suharyanto menyatakan penanganan darurat tetap difokuskan untuk mencari dan evakuasi jenazah korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
“Upaya pencarian para koban dilakukan melalui kombinasi metode manual dan dukungan peralatan berat,” katanya.
Sejak Jumat (3/10) malam hingga Sabtu (4/10), tim gabungan mengoptimalkan pembersihan beton dan puing reruntuhan bangunan empat lantai itu. Hal itu dilakukan untuk membuka akses lebih luas dan lebih aman terhadap area yang diduga terdapat jasad korban.
Tantangan besar yang dihadapi adalah tebalnya tumpukan material beton. Hal ini memperlambat akses menuju titik yang diduga terdapat korban.
Sebagai solusi, alat berat diterjunkan dengan pengendalian ketat para personel gabungan yang terdiri dari 400 orang lebih untuk memastikan keselamatan tim lapangan selama 24 jam dengan pola tiga shift secara bergantian.
“Kita tidak pernah kekurangan personel. Kita datangkan ratusan personel dengan tiga pembagian waktu pekerjaan. Mereka terus bekerja secara profesional,” ungkap Kepala BNPB.
Setiap jenazah korban yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke posko DVI (Disaster Victim Identification). Proses identifikasi menghadapi kendala akibat kondisi korban, namun tim medis bersama kepolisian melakukan metode forensik untuk memastikan keakuratan data.
Melalui DVI, identitas korban dapat dipastikan secara sah, sekaligus menjaga martabat korban dan memberikan kepastian bagi keluarga.
Selain itu, DVI merupakan standar internasional dalam penanganan bencana yang menggabungkan data antemortem, seperti catatan medis, sidik jari, ciri fisik, atau DNA dari keluarga, dengan data postmortem yang diperoleh dari jenazah.
“Melalui cara ini, setiap korban dapat diidentifikasi dengan benar sehingga keluarga dapat menerima kepastian, melakukan prosesi pemakaman sesuai keyakinan, dan negara dapat memenuhi kewajiban kemanusiaannya,” kata Kepala BNPB. (-)
Bagikan
bencana
3 bulan yang lalu