Tradisi Dandangan Sambut Awal Ramadan, Warisan Sunan Kudus
Kudus, Jatengaja.com - Ada tradisi masyarakat di Jawa Tengah (Jateng) menyambut datangnya bulan Ramadan yang masih dilakukan secara turun menurun sampai sekarang.
Salah satu tradisi untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan adalah acara tradisi Dandangan yang digelar setiap tahun di kompleks Masjid Menara Kabupaten Kudus Jateng.
Dandangan yang telah berjalan ratusan tahun tersebut merupakan tradisi untuk penetapan awal pertama puasa, yang kemudian disebut isbat Ramadan yang dilakukan Sunan Kudus.
- Kemenag Dibuka Pelunasan Biaya Haji 2024 Tahap II untuk 12.719 Calon Jemaah Reguler
- Gelar Operasi Keselamatan Lalu Lintas Candi 2024, Polda Jateng Tilang 18.076 Pelanggar
- Kapolda Jateng Raih Suara Polling Tertinggi Bakal Cagub Jateng 2024
- Tips Bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui Agar Kuat Puasa Ramadan
- Dibuka Lowongan Jabatan Kepala OPD dan Staf Ahli Wali Kota Semarang, Ini Link Pendaftaran
Setelah dilakukan isbat, maka keputusan 1 Ramadan ditandai dengan tabuh beduk dengan irama cepat, rancak, atau memunculkan suara “dang, dang, dang, dang”, sehingga kemudian dikenal dengan tradisi Dandangan.
Dilansir dari jatengaja.com, setiap tahun tradisi Dandangan tak pernah putus dilaksanakan oleh masyarakat Kudus. Dimulai dengan berziarah ke makam Sunan Kudus, prosesi menabuh beduk, kemudian makan bersama.
Selain aktivitas budaya, Dandangan juga menjadi komoditi ekonomi. Para pedagang kuliner, fesyen, dan lainnya bermunculan, seiring antusiasme masyarakat yang hadir pada acara tabuh beduk tersebut.
Anggota Litbang Yayasan Masjid Menara dan Malam Sunan Kudus, Abdul Jalil, mengatakan, munculnya tradisi Dandangan karena adanya isbat Ramadan yang dilakukan oleh Sunan Kudus.
“Tradisi Dandangan sudah berlangsung sekitar 500 tahun. Jadi, bukan sekadar menyambut datangnya Ramadan, tapi penetapan awal Ramadan,” ujarnya.
Menurut Abdul Jalil, tradisi Dandangan sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), sehingga saat ini menjadi peristiwa budaya yang berimplikasi ekonomi.
“Banyak orang yang berdagang, karena antusias masyarakat yang ingin tahu awal Ramadan melalui tradisi Dandangan ini,” papar Jalil.
Hingga saat ini, pihaknya terus melakukan kajian terhadap sejarah Dandangan. Diakui, Dandangan identik dengan tabuh beduk. “Sehingga kebenarannya bersumber dari histori, bukan mitologi,” tandas Jalil. (-)