Tandhur, Sistem Pengelolaan Sektor Pertanian di Jateng

Sulistya - Rabu, 17 November 2021 10:34 WIB
Albertus Gian, Anindita Pradana Suteja, dan Pandu Yudha memberi penjelasan ke Gubernur Jateng terkait sistem pertanian di Jateng.

Semarang, Jatengaja.com – Albertus Gian dan Anindita Pradana Suteja, lulusan Universitas of Manchester Inggris dan Imperial Collage London berhasil membuat sebuah sistem pengelolaan sektor pertanian untuk Jawa Tengah yang diberi nama Tandhur.

Sebelumnya, keduanya juga telah membuat drone untuk mendukung sektor pertanian. Drone temuannya bisa digunakan untuk membantu petani melakukan pemupukan, penyemprotan, pemantauan wilayah, pemantauan daerah perbatasan, juga bisa mengangkut logistik.

Saat diundang di podcast Ganjar Pranowo, 27 Oktober 2021 lalu, gubernur menantang Gian dan Anindita agar dibuatkan sebuah sistem yang dapat memonitoring sekaligus mengevaluasi sektor pertanian di Jawa Tengah.

Albertus Gian dan Anindita Pradana Suteja bersama rekannya, Pandu Yudha, seorang dosen di UGM, siap mewujudkan mimpi Ganjar membangun big data di sektor pertanian.

Mereka berhasil membuat sebuah sistem pengelolaan sektor pertanian di Jateng bernama Tandhur. Sebuah sistem yang dibuat khusus untuk mendata siapa, tanam apa, di mana, berapa luas lahan, perhitungan finansial pertanian, sampai estimasi produksi hasil pertanian.

"Beberapa minggu lalu kita ngobrol dengan pak Ganjar, beliau menantang kami membuat sistem monitoring dan evaluasi khususnya di bidang pertanian. Hari ini saya bersama mbak Anindita dan mas Pandu datang kembali, menjawab janji kami bahwa kami bisa menghadirkan sebuah sistem itu," kata Gian di temui di rumah dinas Ganjar, Selasa (16/11).

Aplikasi Sederhana

Gian menerangkan, sistem yang ditawarkan itu berbentuk softaware. Sistem itu nantinya akan digunakan untuk melengkapi data dan program yang sudah dijalankan di Jateng yakni Kartu Tani.

"Kami akan melakukan uji coba di enam eks karesidenan di Jateng. Nanti akan dilihat apakah hasilnya sesuai yang diinginkan atau ada penambahan, sebelum bisa diimplementasikan ke seluruh daerah di Jawa Tengah," katanya.

Adapun Pandu menerangkan, sistem Tandhur merupakan aplikasi yang sangat sederhana. Sistem itu nantinya akan merepresentasikan posisi lahan di Jateng untuk mengetahui berapa luas lahan pertaniannya.

"Selain itu, kami juga melakukan mapping lahan dari sisi karakteristiknya seperti apa. Dengan mapping itu, maka akan diketahui lahan itu cocok untuk digunakan tanaman apa," katanya.

Sistem tersebut juga bisa melihat seperti apa perilaku petani dalam budidaya serta penggunaan sarana produksinya. Konsumsi pupuk dan penggunaan bahan kimia dapat terdeteksi untuk dianalisis dari segi finansialnya.

"Output akhir adalah kami bisa memetakan estimasi hasil produksi. Karena ini penting untuk menentukan harga, melihat suply and demand termasuk penentuan spot dan zona produksi. Semua itu nantinya akan terintregasi hanya dalam satu sistem ini," ujarnya.

Dari pertemuan itu, Ganjar sangat setuju dan meminta segera dilakukan uji coba. Gian mengatakan, pihaknya menargetkan awal Desember sistem itu sudah bisa dijalankan.

Uji Coba

"Besok kita langsung diminta pak Ganjar menindaklanjuti dengan dinas terkait, minggu depan kita sudah punya model kerja dan awal Desember sudah bisa dikerjakan," katanya.

Ganjar Pranowo mengatakan siap mendukung terwujudnya sistem itu. Kepada Gian, Anindita dan Pandu, Ganjar meminta sistem itu segera diujicobakan.

"Ini keren, dari paparannya sudah sesuai dengan keinginan saya. Saya minta segera diujicobakan. Jangan lama-lama, kalian butuhnya apa langsung bilang ke kami," ucapnya.

Ganjar mengatakan memang sudah sejak lama ingin memperbaiki sektor pertanian. Perbaikan hanya bisa dilakukan jika data pertanian benar-benar akurat.

"Jadi mimpi saya itu pengen punya data, siapa, tanam apa, di mana, luas lahan berapa dan kalau panen estimasinya berapa. Kalau data itu bisa kita miliki, maka kebijakan-kebijakan pertanian akan tepat sasaran," ujarnya.

Tak hanya itu, data tersebut juga penting dalam upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani. Dengan data itu, maka pemerintah bisa mengetahui apakah pangan surplus atau tidak, apakah butuh impor atau tidak dan sebagainya. (-)

Editor: Sulistya

RELATED NEWS