Sepanjang 2024, Alfamart Tutup 400 Gerai
Jakarta, Jatengaja.com - Alfamart mengumumkan penutupan 400 gerai sepanjang tahun 2024. Akibatnya, saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), perusahaan yang mengelola jaringan minimarket Alfamart, mengalami tekanan.
Pada perdagangan Senin 16 Desember 2024, saham AMRT turun sebesar 2,03% atau 60 poin, berada di level Rp2.900 per saham, di tengah pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tertekan 1,30%.
"Sebanyak 300-400 toko kami tutup tahun ini karena mengalami kerugian, terutama disebabkan oleh tingginya biaya sewa dan melemahnya penjualan," kata Corporate Affairs Director AMRT, Solihin, dikutip Senin, 16 Desember 2024.
Penutupan gerai dilakukan sebagai bagian dari strategi efisiensi perusahaan untuk menghadapi lonjakan biaya sewa properti yang membebani operasional. Menurut manajemen Alfamart, biaya sewa properti yang meningkat signifikan pada sejumlah lokasi telah menekan margin keuntungan perusahaan.
- Rayakan HUT Ke-129, BRI Tebar Dividen Interim Rp20,46 Triliun kepada Pemegang Saham
- Rayakan HUT ke-129 Tahun, BRI Fokus pada Keunggulan dalam Layanan Perbankan
- Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Jawa Tengah Melalui Bank Jateng Capai Rp17,9 Miliar
"Kami terus melakukan evaluasi terhadap kinerja setiap gerai. Penutupan ini bertujuan untuk fokus pada gerai-gerai yang memiliki potensi pertumbuhan lebih baik," tambah Solihin.
Meski langkah ini terkesan drastis, penutupan 400 gerai ini dianggap sebagai keputusan strategis untuk menyesuaikan struktur biaya operasional perusahaan.
Solihin juga menyebut langkah ini menunjukkan upaya Alfamart untuk beradaptasi dengan tantangan bisnis yang dinamis, meskipun turut memengaruhi sentimen investor. Solihin mengklaim penutupan gerai untuk mengurangi beban sewa tinggi adalah langkah efisiensi yang wajar, terutama di tengah kondisi pasar yang semakin kompetitif.
"Kalau gerai menghasilkan keuntungan, tentu akan tetap dibuka," kata Solihin.
Kinerja Keuangan Tetap Positif
Meskipun sahamnya tengah tertekan dan menghadapi tantangan operasional, kinerja keuangan Alfamart justru menunjukkan pertumbuhan yang solid. Hingga September 2024, perusahaan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp2,39 triliun, meningkat dari Rp2,19 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
- Program Pemerintah Gelar Mudik Gratis Sepeda Motor pada Libur Nataru Dinilai Kurang Tepat
- Peran AI di BRI: Mendukung Kinerja, Bukan Menggantikan SDM
- Jutaan Rokok Ilegal dan Ribuan Minuman Beralkohol Senilai Rp31,2 Miliar Dibakar
Peningkatan laba ini terutama didukung oleh pengelolaan inventori yang lebih baik, efisiensi operasional di beberapa lini, serta pertumbuhan penjualan di gerai-gerai yang sudah mapan. Hal ini mencerminkan, meskipun menghadapi tantangan di beberapa lokasi, Alfamart tetap mampu mempertahankan daya saingnya di pasar ritel modern.
Sebagai bagian dari strategi efisiensi, Alfamart berencana mengganti gerai-gerai yang ditutup dengan membuka cabang di lokasi baru yang lebih strategis dengan biaya sewa yang lebih rendah. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga kehadiran Alfamart di berbagai wilayah dan memastikan kelangsungan pelayanan bagi konsumen setianya.
Keputusan menutup ratusan gerai dalam satu tahun tentu menjadi sorotan publik dan pelaku pasar. Ke depan, prospek Alfamart akan sangat bergantung pada keberhasilannya dalam menjaga efisiensi operasional sambil terus meningkatkan kinerja keuangan. Dengan strategi yang lebih terarah dan optimasi lokasi, Alfamart diharapkan tetap menjadi pemain utama dalam sektor ritel modern di Indonesia. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Imam Hatami pada 16 Dec 2024