Sejumlah Tragedi Akibat Utang Pinjol Berujung Kematian Sepanjang 2024
Jakarta, Jatengaja.com - Sejumlah tragedi bunuh diri akibat jeratan utang online (pinjol) terjadi sepanjang tahun 2024. Kematian tragis yang terjadi akibat utang pinjol membuat publik prihatin dan mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan lebih tegas.
Dilansir dari Trenasia.com jaringan Jatengaja.com, berikut ini adalah sejumlah tragedi kasus bunuh diri terkait utang online yang terjadi sepanjang tahun 2024, termasuk insiden terbaru satu keluarga yang tewas di Ciputat dan percobaan bunuh diri sekeluarga di Kediri yang menyebabkan kematian anak bungsu.
- November 2024, Ekspor Jateng Tembus US$962,90 Juta Paling Banyak ke Amerika Serikat
- Rayakan 129 Tahun, BRI Kampanyekan Pentingnya Edukasi Lingkungan Bebas Sampah
- BRI Rayakan HUT ke-129 dengan Tradisi Potong Tumpeng dan Bazaar untuk UMKM Lokal
- Libur Nataru, Diperkirakan 9.165.289 Orang Pemudik Masuk ke Jateng
- Jateng Dapat Alokasi Anggaran APBN Tahun 2025 dari Pemerintah Pusat Senilai Rp105,72 Triliun
1. Mahasiswa Unnes Gantung Diri di Kamar Kos
Seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) berinisial VIS ditemukan tewas gantung diri di kamar kosnya yang terletak di Kelurahan Sekaran, Kota Semarang. Tragedi ini terjadi setelah VIS diduga tidak sanggup membayar utang pinjaman online.
Sebelum kejadian, pihak keluarga korban sempat mencoba menghubungi pemilik kos melalui pesan singkat WhatsApp untuk memastikan kondisi VIS. Namun, ketika pemilik kos mengetuk pintu kamar, tidak ada respons.
Saat mencoba mengintip melalui celah pintu, pemilik kos terkejut melihat korban dalam posisi tergantung. Peristiwa ini menjadi pengingat betapa rentannya generasi muda terhadap jebakan pinjaman online.
2. Ibu Rumah Tangga di Lombok Timur Gantung Diri
Nasib tragis dialami seorang ibu muda di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Pada 9 September 2024, korban ditemukan gantung diri di rumah suaminya. Menurut keterangan pihak kepolisian, seorang saksi yang pertama kali menemukan korban langsung histeris dan melapor kepada warga sekitar.
Sebelum mengakhiri hidupnya, korban sempat menuliskan pesan di sebuah kotak sabun. Dalam surat tersebut, ia mengungkapkan tidak sanggup lagi menghadapi utangnya dan menyatakan niat untuk mengakhiri hidup. Kejadian ini memperlihatkan tekanan psikologis berat yang dirasakan oleh korban akibat jeratan utang pinjol.
3. Satu Keluarga Lompat dari Apartemen di Penjaringan
Satu keluarga melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara. Satu keluarga ditemukan tewas setelah melompat dari lantai 22 apartemen pada Sabtu sore. Keempat korban, yang merupakan anggota satu keluarga, diduga mengalami kesulitan ekonomi parah dan terjerat utang pinjaman online.
Korban terdiri dari seorang pria berinisial EA (50), perempuan berinisial AIL, serta dua anak remaja berinisial JWA (13) dan JL (16). Petugas keamanan apartemen menemukan jasad para korban di lobi setelah mereka melompat dari rooftop. Tragedi ini sempat viral di media sosial dan menjadi simbol dari bahaya utang pinjaman online yang menjerat banyak keluarga di Indonesia.
4. Kurir Makanan Ditemukan Gantung Diri di Bali
Kurir makanan berinisial Gusti NS (44) di Gianyar, Bali. Korban ditemukan dalam kondisi membusuk di sebuah bangunan kosong di Jalan Raya Sanggingan, Kecamatan Ubud. Menurut dugaan, korban memilih mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup membayar utang pinjaman online.
Penemuan jasad yang membusuk ini menggambarkan betapa beratnya beban yang harus ditanggung oleh korban akibat bunga dan denda pinjol yang mencekik. Kondisi ekonomi yang sulit turut memperburuk situasi ini.
5. Pria di Ciputat Bunuh Diri Karena Utang Puluhan Juta
Seorang pria ditemukan tewas gantung diri di saung depan rumahnya di Jalan Roda, Ciputat, Tangerang Selatan. Menurut kronologi, kejadian ini bermula ketika saksi bernama Darmanto melihat korban duduk di teras rumah sebelum masuk untuk beristirahat. Namun, saat keluar rumah, ia terkejut mendapati korban sudah tidak bernyawa.
Diduga, pria tersebut nekat mengakhiri hidupnya karena terlilit utang puluhan juta rupiah dari pinjaman online. Kasus ini dilaporkan kepada pihak kepolisian untuk ditindaklanjuti lebih lanjut.
6. Satu Keluarga Ditemukan Tergeletak di Kediri, Satu Anak Meninggal
Satu keluarga di Desa Manggis, Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ditemukan tergeletak dalam keadaan lemas dan tidak sadarkan diri atau pingsan dalam rumahnya. Salah satu di antara empat anggota keluarga tersebut bahkan dinyatakan meninggal dunia.
Para korban adalah ayah D (31), ibu M (29), dan dua anak yakni MNP (5) dan MRS (2). Anak terakhir tak bisa diselamatkan nyawanya, sementara tiga anggota keluarga lain masih bisa tertolong usai segera dilarikan ke rumah sakit.
Polisi menyebut diduga keluarga itu berupaya melakukan percobaan bunuh diri. Adapun motifnya, polisi menduga sejauh ini karena terlilit utang pinjaman online (pinjol).
Adapun total utang pinjol yang harus dibayar keluarga itu adalah sebesar Rp15 juta.
7. Satu Keluarga Tewas Bunuh Diri di Ciputat
Kasus terbaru terjadi di Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Satu keluarga ditemukan tewas akibat bunuh diri setelah diduga tidak sanggup melunasi utang pinjaman online.
Berdasarkan keterangan pihak keluarga, YA (kepala keluarga) sempat didatangi oleh debt collector beberapa hari sebelum kejadian tragis ini terjadi pada 15 Desember 2024.
Jasad istri dan anak ditemukan terbujur kaku di dalam kamar, sementara YA ditemukan dalam kondisi gantung diri. Penemuan ini menambah panjang daftar korban jiwa akibat tekanan utang pinjaman online yang tidak terkendali.
- Membedah Bisnis Garam Rukiah, Penipuan Berkedok Agama
- Telkom - Alibaba Cloud Kolaborasi Perkuat Ekosistem Digital
- Libur Nataru 2024, BRI Sediakan Rp24,6 Triliun Uang Tunai
Fenomena Jeratan Pinjol dan Tekanan Ekonomi
Mayoritas kasus bunuh diri akibat pinjaman online memiliki pola yang serupa. Awalnya, korban tergoda oleh kemudahan akses pinjaman yang ditawarkan tanpa persyaratan rumit. Namun, ketidaktahuan akan bunga yang tinggi dan sistem denda yang tidak transparan akhirnya menjerat korban dalam utang yang semakin membengkak.
Tekanan dari pihak penagih utang atau debt collector, yang sering menggunakan cara intimidasi dan kekerasan verbal, semakin memperparah kondisi mental korban. Dalam beberapa kasus, korban bahkan mengalami ancaman yang memengaruhi kehidupan keluarga mereka. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Idham Nur Indrajaya pada 17 Dec 2024