Pengamat Beri Apresiasi Langkah Maskapai Pelat Merah Garuda Beli 50 Pesawat Boeing
Jatengaja.com - Pengamat penerbangan memberikan apresiasi langkah maskapai pelat merah, Garuda Indonesia membeli 50 unit pesawat Boeing karena dinilai sebagai strategi yang tepat baik dari sisi teknis maupun efisiensi bisnis jangka panjang.
Menurut pengamat penerbangan nasional, Gatot Rahardjo, pembelian 50 unit pesawat dari satu jenis pabrikan Boeing sejalan dengan prinsip communality atau keseragaman armada.
Prinsip ini mendorong terjadinya efisiensi operasional maskapai Garuda, mulai dari pelatihan pilot, perawatan pesawat, hingga manajemen suku cadang.
- Simak, Sejarah Koperasi di Indonesia
- Upaya Mengerikan Warga Gaza untuk Menerima Bantuan
- Telkom Sukses Gelar Culture Festival 2025: Budaya Kolaboratif dan Sadar Cyber Security
- Layanan Cepat dan Aman, BRImo Semakin Dilirik Pengguna
- Ratusan Pemuda dari Berbagai Provinsi Ikuti Seleksi Magang Kerja ke Jepang
“Kalau pakai pesawat satu jenis, itu akan lebih menguntungkan dibanding berbagai jenis. Di Garuda itu yang banyak memang Boeing, ada beberapa Airbus seperti A330, tapi sedikit sekali,” ujar Gatot sebagaiamana dikutip dar floresku.com yang melansir dari detikcom, Selasa (22/7).
Gatot menyatakan penggunaan satu pabrikan utama dapat memangkas biaya pelatihan kru dan memudahkan manajemen teknis pesawat. Namun, ia menegaskan keputusan Garuda tidak berarti menutup pintu sepenuhnya terhadap pesawat Airbus.
"Jika ada tipe pesawat dari Airbus yang tidak tumpang tindih dengan Boeing dan diperlukan untuk segmen tertentu, maka tidak menjadi masalah jika dibeli. Misalnya A350 untuk long haul atau pesawat wide body lainnya. Tapi kalau A320 yang sama dengan Boeing 737, ya lebih baik pilih 737 agar konsisten,” jelasnya.
Gatot menambahkan, semua pesawat seperti Boeing, Airbus, ATR, Comac, bahkan N219 sekalipunyang telah mengantongi sertifikat kelaikan dari otoritas penerbangan internasional dapat dipastikan aman.
"Apapun jenis pesawat kalau sudah laik terbang, berarti sudah melalui pengujian ketat. Tinggal bagaimana maskapai mengoperasikan sesuai SOP dan regulasi,” ujarnya.
Pengamat penerbangan lainnya, Alvin Lie, juga menyoroti faktor waktu tunggu sebagai salah satu pertimbangan strategis Garuda memilih Boeing, karena masa tunggu pengiriman pesawat Airbus saat ini sangat lama, berkisar antara 5 hingga 8 tahun.
"Sedangkan Boeing memiliki masa tunggu yang relatif lebih singkat, yakni antara 3 hingga 5 tahun tergantung jenis pesawat. Di tengah kebutuhan ekspansi armada, kecepatan pengiriman menjadi faktor penting. Boeing unggul di aspek ini,” ungkap Alvin.
Terkait kekhawatiran publik terhadap isu keselamatan Boeing, Alvin mengakui bahwa citra perusahaan asal AS tersebut memang sempat menurun akibat serangkaian insiden.
Namun, menurutnya, langkah korektif telah dilakukan secara serius oleh Boeing maupun regulator penerbangan Amerika Serikat. “Pemerintah AS sudah membatasi kapasitas produksi Boeing agar mereka bisa fokus pada kualitas. Ini bagian dari proses pemulihan yang penting,” jelas Alvin.
Keputusan Garuda membeli 50 pesawat Boeing diharapkan mampu memperkuat kinerja operasional maskapai dan mendukung pemulihan industri penerbangan nasional pasca-pandemi. (-)
Tulisan ini telah tayang di floresku.com oleh redaksi pada 22 Jul 2025