Upaya Mengerikan Warga Gaza untuk Menerima Bantuan
Jakarta, Jatengaja.com - Rakyat Gaza kelaparan, dan satu-satunya cara mereka bisa mendapatkan makanan adalah dengan mengambil risiko kematian dengan pergi ke titik distribusi bantuan yang dijalankan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang terkenal kejam. Organisasi yang didukung Israel dan Amerika Serikat .
Kantor berita Sanad Al Jazeera menelusuri perjalanan orang-orang yang sangat lapar, menunggu selama berjam-jam, terkadang berhari-hari, untuk berjalan melewati rintangan tank, kendaraan lapis baja, dan pesawat tak berawak Israel. Di mana mereka berisiko ditembak oleh tentara Israel. Inilah yang harus mereka lalui:
Bagaimana Cara Masuk ke Pusat Tersebut?
Ini sama sekali tidak sesederhana yang orang kira. Orang-orang diperbolehkan membawa kendaraan atau kereta dorong ke suatu titik tertentu, lalu mereka harus turun. Titik ini berjarak setidaknya 1,5 km dari pusat distribusi. Ini berarti mereka harus berjalan kembali sejauh itu sambil membawa karung atau kotak makanan apa pun yang bisa mereka dapatkan.
- Layanan Cepat dan Aman, BRImo Semakin Dilirik Pengguna
- Ratusan Pemuda dari Berbagai Provinsi Ikuti Seleksi Magang Kerja ke Jepang
- BRI Optimalkan AgenBRILink untuk Akses Keuangan Inklusif
Untuk memastikan mereka mendapatkan sesuatu, orang-orang mulai berdatangan beberapa jam atau bahkan beberapa hari sebelum pusat distribusi. Setibanya di sana, mereka tidak langsung pergi karena tidak ingin kehilangan tempat, karena beberapa orang sudah berjalan berjam-jam untuk sampai di sana.
Apa itu 'al-Joura'?
Karena ingin menghindari menunggu di tempat terbuka, orang-orang bergegas menempuh jarak sekitar 560 meter melewati penghalang Israel menuju “al-Joura”. Sebuah lubang berpasir di antara bukit pasir, tempat mereka mencari perlindungan dari peluru Israel dan menunggu hingga waktu yang tidak diketahui.
Kesulitan fisik diperparah oleh panas yang tak tertahankan dan waktu tunggu yang lama. Ini karena keluarga sering kali tiba 12 hingga 24 jam lebih awal guna menunggu “tanda berangkat” untuk mendapatkan makanan.

Apa yang Terjadi Saat “Sinyal Mulai' datang?
Biasanya, mendengar “sinyal mulai” – biasanya dari drone yang melayang . Ini orang dapat mendekati titik distribusi bantuan, yang masih berjarak sekitar 1 km . Tetapi hal-hal sering kali tidak berjalan seperti itu, dan risiko tertembak meningkat drastis dari sini.
Selain kontrol militer penuh atas Rafah, tentara Israel memiliki penghalang dan sejumlah kendaraan militer yang mengepung titik distribusi bantuan. Para saksi mengatakan sarang penembak jitu, pesawat tak berawak, dan pos-pos militer Israel memperkuat kendali ini.
Warga Palestina yang mengungsi menunggu sinyal dari militer Israel yang memberi tahu mereka bahwa mereka aman untuk pergi ke lokasi bantuan. Namun, laporan saksi mata mengatakan orang-orang ditembaki bahkan ketika mereka menunggu "sinyal pergi" untuk menuju ke pusat bantuan.
Video yang diterbitkan oleh aktivis Palestina pada tanggal 14 Juli menunjukkan tembakan Israel ke arah kerumunan di al-Joura, beberapa saat sebelum mereka mendekati gerbang distribusi. Pada tanggal 12 Juli, pasukan Israel membunuh 34 orang yang menunggu bantuan makanan di lokasi GHF.
Bagaimana Setelah Sampai?
Lalu orang-orang yang sampai di pusat distribusi baik-baik saja? Tidak, tidak selalu. Selain penganiayaan umum yang dialami warga Palestina di tangan tentara Israel, telah muncul video yang memperlihatkan tentara menyemprotkan merica ke warga Palestina saat mereka mendekati pusat kota.
Bagi orang-orang yang berhasil mencapai pintu pusat tersebut, perjuangan belum berakhir. Jurnalis Muhannad Qeshta, yang mengungsi dari Rafah, membahas proses penyaluran bantuan dengan Al Jazeera.
Ia menggambarkan suasana kekacauan yang dipicu oleh buruknya koordinasi, kurangnya jadwal distribusi yang jelas, dan sama sekali tidak adanya tindakan untuk mengorganisasikan massa.
- Gelar Operasi Patuh Candi 2025, Polda Jateng Kedepanan Penindakan Humanis
- TVKU - Bina Insan Taqwa Bangun Potensi Kolaborasi
- Dampak Kesepakatan Tarif RI-AS ke Ekonomi
Orang-orang berhamburan ke pusat keramaian, di mana meja-meja telah ditata dengan paket-paket bantuan yang ditumpuk sembarangan di atasnya. Suasana menjadi riuh rendah, dengan orang-orang yang putus asa saling dorong dan berebut untuk mendapatkan makanan sebanyak yang mereka mampu.
Kebanyakan dari mereka akhirnya pulang dengan tangan hampa akibat permintaan yang sangat tinggi sementara persediaan terbatas. Selain itu tanpa ada aturan yang jelas mengenai siapa yang akan mendapatkan paket bantuan.
Mereka yang mendapat makanan harus berjalan kembali melalui jalan yang sama di mana ratusan atau ribuan orang kelaparan masih berusaha berjuang masuk ke pusat bantuan. Perkelahian terjadi saat orang-orang yang putus asa mencoba merebut makanan dari tangan satu sama lain.
Siapakah Korban Bantuan?
Pada hari Minggu 21 Juli 2025 Kementerian Kesehatan Palestina mengunggah siaran pers di kanal Telegramnya, yang memberikan informasi terkini tentang “korban bantuan”. Kementerian menyatakan dalam 24 jam terakhir, 31 orang meninggal dunia dan lebih dari 107 orang luka-luka saat tiba di rumah sakit. Hal ini meningkatkan jumlah total korban meninggal akibat "korban mata pencaharian" menjadi 922 orang dan korban luka-luka menjadi 5.861 orang. Pada tanggal 16 Juli, sedikitnya 21 warga Palestina tewas akibat desak-desakan saat mencoba menerima jatah makanan.
Menurut penilaian yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis pada bulan Mei, satu dari lima orang di Gaza saat ini menghadapi kelaparan akibat blokade Israel terhadap makanan dan bantuan. Sementara 93 persen penduduk menderita kekurangan makanan yang parah.
Mengapa GHF 'Terkenal Buruk'?
Menghadapi tekanan internasional untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza dan ingin mengesampingkan PBB dan badan-badan internasional yang sudah ada yang bekerja di sana, Israel mengusulkan GHF. Alasannya untuk mencegah pengalihan bantuan ke kelompok Palestina Hamas. Israel tidak memberikan bukti apa pun mengenai pengalihan bantuan makanan dan medis kepada para pejuang atau digunakan untuk hal lain selain tujuan yang dimaksudkan.
PBB dan organisasi kemanusiaan berpendapat bahwa rencana GHF melanggar prinsip-prinsip kemanusiaan yang mendasar. Kepala kemanusiaan PBB Tom Fletcher mengatakan kepada Dewan Keamanan pada bulan Mei bahwa GHF membatasi bantuan hanya ke satu wilayah Gaza sementara kebutuhan mendesak lainnya tidak terpenuhi.
Ia berpendapat bahwa GHF mensyaratkan bantuan pada tujuan politik dan militer, mengubah kelaparan menjadi alat tawar-menawar, dan berfungsi sebagai tontonan sinis serta dalih untuk kekerasan dan pengungsian lebih lanjut.
Sebelas organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia menandatangani pernyataan yang menganggap GHF sebagai “sebuah proyek yang dipimpin oleh tokoh-tokoh keamanan dan militer Barat yang memiliki koneksi politik, dan dikoordinasikan bersama-sama dengan pemerintah Israel.” (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Amirudin Zuhri pada 22 Jul 2025