Menkeu Sri Mulyani Ungkap 60 Negara di Dunia Bakal Alami Krisis Utang
Jakarta, Jatengaja.com - Menurut Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati diperkirakan ada sebanyak 60 negara di dunia bakal mengalami krisis utang, salah satunya Sri Lanka.
Situasi krisi utang ini lanjut Menkeu Sri Mulyani, disebabkan sederet faktor yaitu efek pandemi COVID-19 yang belum sepenuhnya berakhir, lalu adanya perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan krisis pangan dan energi, kemudian menimbulkan lonjakan inflasi.
“Diperkirakan saat ini ada lebih dari 60 negara di dunia yang diperkirakan dalam situasi debt distress atau kondisi keuangan dan utangnya dalam kondisi distress yang kemungkinan bisa memicu krisis utang, maupun krisis keuangan, atau krisis ekonomi,” kata Sri Mulyani dalam acara Leaders Talk Series #2 bertajuk 'Indonesia Energy Investment Landscape', Kamis 27 Oktober 2022 dilansir dari trenasia.com jaringan Jatengaja.com.
- Fakultas Dakwah dan Kumunikasi UIN Raden Fatah Palembang Jalin Kerja Sama dengan WongKito.co
- ESG Award: Jalankan Komitmen pada Aspek Berkelanjutan, PGN Raih Anugerah TrenAsia ESG Excellence 2022
- 19,71% Rumah Tangga Belum Miliki Akses Air Bersih, Telkom Bangun Sarana Air Bersih
- Bareskrim Polri Tahan 2 Dirut Tersangka Dugaan Korupsi Pemberian Kredit BPD Jateng Cabang Jakarta Rp131,5 M
- 181 Panwalu Kecamatan di Jateng Nol Keterwakilan Perempuan, Netfild Desak Bawaslu Lakukan Evaluasi
Menurut Menkeu Sri Mulyani meski pemulihan ekonomi cepat, dunia masih dihadapkan lagi pada masalah rantai pasok supply-nya tidak mampu mengikuti permintaan, maka muncul lah tekanan harga-harga atau inflasi.
Kondisi ini membuat negara maju mulai mengubah arah kebijakan moneter, contohnya Amerika Serikat (AS) yang menaikkan suku bunga acuan dan menimbulkan gejolak besar di pasar keuangan.
Berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional (IMF), lanjut Sri Mulyani prospek ekonomi global pada 2023 dalam kondisi tidak baik atau gelap. Dia menyebut risiko resesi di negara maju sangat besar terjadi.
Bahkan, Sri Mulyani memproyeksikan dari pertumbuhan ekonomi 2022 ke 2023 diperkirakan akan lebih lemah, bahkan kemungkinan terjadi resesi.
“Ini terjadi terutama di Eropa, Inggris dan beberapa negara yang memang harus melakukan berbagai macam kebijakan pengetatan baik di sisi moneter dan fiskalnya,” ujar Menkeu Sri Mulyani. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Debrinata Rizky pada 27 Oct 2022