Kids Take Over, Simulasi Anak-Anak Menjadi Seorang Pemimpin
Semarang, Jatengaja.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggelar kegiatan bertajuk Kids Take Over di Kantor Gubernur, Kota Semarang, Sabtu (10/12/2022).
Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Anak se-Dunia itu bertujuan mengajarkan anak tentang arti kepemimpinan. Anak-anak diminta bermain memerankan tokoh kunci yang berpengaruh, dalam mengambil kebijakan atas suatu persoalan yang dihadapi anak.
Ada anak yang berperan sebagai gubernur, bupati, wali kota, dan juga Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Anak-anak membahas mengenai pencegahan kekerasan seksual terhadap anak berbasis media online.
- Ngunduh Mantu Kaesang di Solo Ajak 400 Penarik Becak dan 35 Andong Angkut Tamu
- 264 Kerajaan dan Lembaga Adat Nusantara Ikuti Pawai Karnaval Budaya di Candi Borobudur
- Poster Mertamu Budaya Karya Mahasiswa Teknik Komputer Undip Sabet Emas Pimnas 2022
Acara itu diadakan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB).
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sumarno mengaku senang bisa melihat anak-anak melakukan simulasi, menduduki jabatan-jabatan sebagai para pemangku kebijakan.
Pandangan Anak
Dari ide, inovasi dan kreativitas anak yang disampaikan dalam bermain peran, pemangku kebijakan bisa mengetahui pandangan anak, terhadap persoalan yang mereka bahas.
“Jadi anak-anak semua nanti, panjenengan semua mau bersimulasi. Tentu saja bersimulasi dengan perspektif anak-anakku semua. Jadi jangan pakai perspektifnya orang dewasa, karena anak-anakku yang lebih merasakan apa yang dihadapi, unek-unek apa yang ada di situ, itu ungkapkan semua. Kita orang tuanya ingin mendengar, ingin tahu masukan dari anak-anakku semua,” tutur sekda dalam keterangan persnya.
- Benarkah KA Argo Parahyangan Akan dihentikan Bila Kereta Cepat Jakarta-Bandung Beroperasi?
- Telkom Sediakan Tempat Kerja Inklusif Dan Ramah bagi Penyandang Disabilitas
- Berikut Film Terbaru Tayang di Bioskop Desember 2022
Menurut Sekda, kegiatan seperti itu sangat bermanfaat bagi masa depan anak. Ketika sudah memasuki dunia kerja, mereka sudah memiliki bekal, bahwa bekerja tidak bisa sekadar mengandalkan otak. Tapi bekerja juga mesti memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik.
“Bekerja itu tidak hanya mengandalkan otak pintar. Tapi bagaimana berkomunikasi dengan orang lain, mendengarkan pendapat orang lain, berkolaborasi dengan orang lain. Bagaimana adik-adik di sini belajar kepemimpinan, bagaimana memimpin orang, mengarahkan orang, itu jauh lebih penting daripada otak yang pintar,” ujarnya. (-)