Ini Awal Mula Tradisi Halalbihalal di Indonesia
Jatengaja.com - Setelah Hari Raya Idulfitri, ada tradisi di masyarakat Indonesia yakni halalbihalal. Acara ini digelar dari tingkat keluarga besar, RT, perkumpulan hinggg institusi pemerintah, dan swasta.
Acara halalbihalal tidak hanya diikuti umat Islam, tapi juga oleh orang yang beragama lain, meski dalam kegiatan tersebut diisi dengan tausiah agama yang disampaikan ustaz atau kiai. Diakhir acara mereka saling berjabat tangan sambil memohon maaf.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata halalbihalal berarti hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang. Halalbihalal juga diartikan sebagai bentuk silaturahmi.
- Mau Nonton Konser Lee Seung-gi di Jakarta Siapkan Uang Rp600 Ribu Hingga Rp3 Juta
- Presiden Jokowi Imbau Masyarakat Hindari Puncak Arus Balik Lebaran dengan Tunda Kepulangan
- Menlu Sebut 538 Warga Indonesia di Sudan Sudah Dievakuasi
- Gedung Trans Studio Mall Makassar Terbakar
- Kasus Lakalantas Mudik 2023 Turun 39%, Menko PMK Beri Apresiasi Jajaran Polri
Meski menggunakan bahasa Arab, ternyata tradisi halalbihalal setelah Idulfitri tidak ada di negara-negara Islam termasuk Arab. Tradisi halalbihalal hanya ada di negara Indonesia.
Dilansir dari trenasia.com jaringan Jatengaja.com, yang dihimpun dari berbagai sumber, acara halalbihalal pertama kali ada pada masa awal kemerdekaan di mana Presiden Indonesia pertama, Bung Karno meminta saran dari seorang ulama yang juga pendiri Nahdatul Ulama (NU), KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948.
Kala itu, Bung Karno menyadari banyak elit politik yang sedang berkonflik dan enggan duduk dalam satu forum sementara pemberontakan seperti DI/TII dan PKI Madiun tengah terjadi. Akhirnya, Kyai Wahab menyarankan kepada Bung Karno untuk membuat acara silaturahmi untuk saling memaafkan bernama halalbihalal.
Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah menyelenggarakan halalbihalal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama.
Sementara dari sumber lain mengatakan acara halalbihalal sudah ada sejak masa Mangkunegara I atau dikenal sebagai Pangeran Sambernyawa. Saat itu, untuk menghemat waktu, tenaga, pikiran dan biaya, setelah salat Idulfitri, Pangeran Sambernyawa mengadakan pertemuan antara raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana.
Pada pertemuan tersebut kemudian diadakanlah sungkem atau saling memaafkan. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Acara yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halalbihalal. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Rumpi Rahayu pada 25 Apr 2023