Ini Alasan Densus 88 Menembak Mati Tersangka Teroris dr. Sunardi, Warga Sukoharjo Jateng
Semarang, Jatengaja.com - Anggota Densus 88 Anti Teror Polri, menembak mati tersangka teroris bernama SU alias dr. Sunardi di daerah Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng), Rabu (9/3).
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Kombes Ahmad Ramadhan alasan tersangka teroris itu ditembak kerena melakukan perlawanan saat akan ditangkap anggota Densus 88.
Tersangka SU melawan petugas dengan menabrak dua mobil petugas yang hendak melakukan penangkapan, anggota Densus 88 berhasil naik ke bak belakang doble cabin strada milik tersangka.
- WhatsApp (WA) Akan Batasi Pesan Terusan ke Obrolan Grup Untuk Cegah Penyebaran Hoax
- TPP ASN Pemkot Semarang Diperkirakan Cair Maret Ini
- Pemprov Jateng Kucurkan Rp 769 Miliar untuk Gratiskan Biaya Sekolah
Namun, tersangka tetap menjalankan mobilnya dengan melaju kencang serta berjalan zik zak ke kiri dan ke kanan sehingga sempat menyerempet mobil masyarakat yang melintas.
“Dengan situasi tersebut dan dianggap bisa membahayakan petugas dan masyarakat sekitar maka petugas menembak tersangka dari belakang,” kata Ramadhan dalam rilis, Jumat (11/3).
Almarhum dr. Sunardi warga Darmosari RT 1 RW 7 Kelurahan Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo dikenal warga sekitar sebagai sosok yang tertutup dan tiak bergaul dengan warga.
“Dokter Sunardi tidak pernah kumpul dengan warga sekitar,” kata Ketua RT 3 RW 7 Bangunsari, Gayam, Sukoharjo, Bambang Pujiana.
Menurut Bambang selama dirinya menjabat sebagai ketua RT, yang bersangkutan tidak pernah datang dalam pertemuan warga kampung serta kegiatan kerja bakti di lingkungan.
Dia mengaku tidak pernah berkomunikasi dengan Sunardi. Meski demikian, sering melihat sosok dokter itu ketika sedang menunaikan ibadah salat di masjid setempat.
“Ketemunya saat Pak Sunardi ke masjid untuk shalat Magrib dan Isya. Saat ketemu juga tidak pernah saling menyapa,” ujarnya.
Tidak adanya keinginan untuk berosialisasi dengan warga, maka Sunardi pun tidak dimasukan ke dalam WhatsApp grup warga RT setempat yang berfungsi untuk menyampaikan informasi maupun kegiatan menyangkut lingkungan tersebut.
“Pak Sunardi tidak saya masukkan di grup WA, karena tidak mau kumpul-kumpul dengan warga, percuma tidak ada tanggapan apa-apa,” kata Bambang. (-)