Ingin Anak Lepas dari Kecanduan HP dan Internet? Coba Gunakan Metode Digital Detox

SetyoNt - Minggu, 03 Agustus 2025 23:21 WIB
Anak-Anak bermain handphone. ((Foto: Khafidz Abdulah))

Jatengaja.com - Ketergantungan anak sebagai generasi muda terhadap handphone (HP) atau gawai dan internet sangat tinggi. Mereka bahkan hampir tak bisa lepas dari perangkat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk melepaskan ketergantungan anak terhadap HP dan internet, sejumlah strategi digital detox mulai banyak diterapkan untuk membantu mereka membangun kembali hubungan yang sehat dengan teknologi.

Berdasarkan laporan yang dipublikasikan laman kesehatan Verywell Mind, mengungkapkan bahwa dengan pendekatan bertahap dan dukungan lingkungan, tingkat kecanduan internet dapat turun hingga 60% hanya dalam empat minggu.

Verywell Mind juga mengungkapkan detoks digital bukan tentang menghilangkan teknologi, tapi membangun relasi sehat dengannya. Artinya, tujuan utama dari strategi digital detox bukan semata-mata mengurangi waktu menatap layar, tetapi meningkatkan kualitas hubungan antar manusia dan membangun gaya hidup yang lebih seimbang.

Dengan pendekatan bertahap, konsistensi, dan dukungan dari keluarga serta lingkungan, proses ini bukan hanya memungkinkan, tetapi menjadi kunci penting dalam menjaga kesehatan mental, emosional, dan sosial generasi muda di era digital saat ini.

Detoks digital bukanlah sekadar mengurangi waktu layar, tetapi sebuah proses membangun kesadaran terhadap pola penggunaan teknologi yang tidak sehat. Gejala umum kecanduan antara lain penggunaan gawai lebih dari dua jam per hari di luar kebutuhan akademik, perasaan gelisah atau agresif saat tidak mengakses internet, serta penurunan prestasi akademik dan interaksi sosial.

Langkah pertama yang disarankan para ahli adalah mengenali masalah dan menetapkan target realistis. Detoks bisa dimulai dengan jeda singkat selama 15 hingga 30 menit per hari, lalu secara bertahap meningkat menjadi satu hari penuh tanpa gawai dalam seminggu.

Membuat “kontrak digital”, yaitu surat komitmen yang ditulis dan ditempel di tempat yang mudah terlihat dapat memperkuat niat dan menumbuhkan tanggung jawab pribadi, apalagi jika dilengkapi dengan konsekuensi bila aturan dilanggar.

Strategi digital detox juga melibatkan pengaturan ruang dan waktu dalam kehidupan sehari-hari. Membuat zona bebas HP seperti di kamar tidur atau ruang makan bertujuan menciptakan ruang aman dari distraksi digital.

Mengganti alarm digital dengan jam analog, serta menghapus aplikasi media sosial yang tidak esensial juga membantu mengurangi ketergantungan. Selain itu, praktik single-tasking, dengan menonaktifkan notifikasi dan menjadwalkan waktu khusus untuk memeriksa pesan hanya 2–3 kali sehari dapat meningkatkan fokus dan efisiensi.

Pengaturan waktu penggunaan HP pun perlu disesuaikan. Misalnya, pada pagi hari pukul 06.00-08.00, disarankan tidak mengakses gawai dan menggantinya dengan aktivitas seperti meditasi atau olahraga ringan.

Pada siang hari, antara pukul 12.00-13.00, waktu diperbolehkan untuk memeriksa pesan penting, namun lebih baik diimbangi dengan aktivitas seperti berjalan kaki tanpa membawa ponsel.

Setelah pukul 20.00, penggunaan HP sebaiknya dihentikan dan diganti dengan membaca buku fisik atau menghabiskan waktu berkualitas bersama keluarga. Kebiasaan “digital sunset” menghentikan akses gawai 1–2 jam sebelum tidur juga terbukti meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi stres.

Untuk mendukung proses detoksifikasi digital, penting bagi anak muda untuk mengalihkan perhatian mereka ke aktivitas fisik dan kreatif yang membangun. Aktivitas luar ruangan seperti hiking, bersepeda, atau sekadar duduk di taman tanpa membawa ponsel dapat memberikan efek terapeutik yang dikenal sebagai nature therapy.

Di sisi lain, menggali minat pada hobi analog seperti seni rupa, memasak, atau membuat kerajinan tangan dapat menstimulasi kreativitas yang selama ini terabaikan oleh kehadiran gawai.

Bergabung dalam komunitas offline seperti klub olahraga, kelas musik, atau kegiatan sukarela juga efektif untuk membangun koneksi sosial yang lebih nyata dan memperkuat kesehatan mental.

Orang tua memiliki peran sentral dalam keberhasilan digital detox pada remaja. Mereka dapat menggunakan fitur parental control untuk membatasi akses dan waktu penggunaan gawai.

Namun, yang jauh lebih penting adalah membangun komunikasi terbuka mengenai risiko dan dampak dari kecanduan internet. Jika gejala yang muncul mulai berat seperti insomnia, depresi, atau kehilangan minat terhadap kegiatan offline, pendekatan profesional sangat dianjurkan.

Terapi kognitif-perilaku (CBT) terbukti efektif menurunkan tingkat kecanduan hingga 40%. Terapi ini fokus pada modifikasi pola pikir impulsif serta membantu remaja mengembangkan keterampilan mengendalikan dorongan untuk terus online.

Konsultasi dengan psikolog atau bergabung dalam program detoks terstruktur juga dapat menjadi solusi bila perubahan mandiri dirasa belum cukup efektif.

Pada awal proses detoks, wajar bila anak mengalami gejala seperti kecemasan, rasa bosan, atau kesepian, terutama dalam tiga hingga lima hari pertama. Untuk menghadapi efek ini, disarankan menggunakan teknik pernapasan 4-7-8, yaitu menarik napas selama 4 detik, menahannya selama 7 detik, dan menghembuskannya perlahan selama 8 detik.

Teknik ini membantu menenangkan sistem saraf. Selain itu, memberi diri sendiri self-reward seperti makanan favorit atau aktivitas menyenangkan bila berhasil melewati satu hari penuh tanpa gawai juga terbukti efektif dalam membangun motivasi positif.

Setelah melewati fase detoks awal, penting untuk melakukan evaluasi mingguan terhadap pola penggunaan HP . Menuliskan durasi penggunaan setiap hari dalam buku harian dan membandingkannya dengan target dapat membantu memantau kemajuan.

Penerapan kebiasaan “tech hygiene”, seperti aturan 30/30, yaitu 30 menit penggunaan layar diselingi dengan istirahat 30 detik untuk melihat objek jauh bermanfaat bagi kesehatan mata dan postur tubuh.

Yang paling esensial adalah menerapkan mindful usage, yakni sebelum membuka aplikasi, tanyakan pada diri sendiri, “Apa tujuanku? Mendesakkah ini?” Pendekatan ini membantu membatasi penggunaan impulsif dan menumbuhkan kesadaran dalam berinteraksi dengan teknologi. (-)

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.id oleh Muhammad Imam Hatami pada 03 Aug 2025

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS