Gubernur Ganjar Kenalkan Beras Unggulan Srinuk Asal Klaten

SetyoNt - Senin, 19 September 2022 17:19 WIB
Pemprov Jateng Siapkan Strategi Hadapi Prediksi Krisis Pangan 2023 (Jatengaaja.com/dok. Humas Pemprov Jateng)

Klaten, Jatengaja,com - Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo mengenalkan jenis beras baru unggulan yang diberi nama beras Srinuk.

Beras Srinuk asal Klaten tersebut merupakan produk hasil rekayasa yang rasanya wangi dan enak seperti beras Raja Lele.

“Kalau dulu ada beras Raja Lele itu legend di Delanggu yang makan mesti orang kaya. Top markotop. Enak, wangi luar biasa. Dulu pernah hilang, sekarang dikembalikan dengan riset yang baru dikasih nama beras Srinuk,” kata Ganjar di sela menyalurkan program Bantuan Sosial bagi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Desa Kepanjeng, Delanggu, Kabupaten Klaten, Senin (19/9/2022).

Pemerintah Kabupaten Klaten telah mengeluarkan kebijakan bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) diwajibkan membeli 10 kg beras Srinuk tiap sebulan.

“Yuk kita bantu dengan ikhlas. Kalau ini didampingi ketahanan pangan kuat sambil tentu saja kalau Jateng beras sudah bagus dan surplus. Kita kembangkan pendamping beras karena banyak umbi, jagung dan komoditas lain yang menggantikan,” ujar Ganjar.

Sementara penyaluran program bantuan sosial dilaksanakan melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng dengan total Rp950.880.000. Ada sebanyak 2.264 Gapoktan yang menerima, 131 di antaranya di Kabupaten Klaten.

Menurut Ganjar masih banyak petani yang membutuhkan bahan bakar minyak (BBM) untuk mesin traktor, pompa air dan lain sebagainya.

“Karena terbatas Pemprov Jateng sudah mengalokasikan anggaran. Tadi kita berikan bantuan cultivator sekaligus dicatat Gapoktan itu insya Allah akan kita bantu BBM agar meringankan mereka. Inilah yang satu per satu kita lihat di lapangan kita cek agar datanya presisi,” ujarnya.

Ganjar mengapresiasi langkah pemerintah kabupaten/kota yang memberikan rekomendasi-rekomendasi terkait bantuan BBM.

"Sehingga betul-betul bisa tepat sasaran. Tidak ada yang menyalahgunakan karena perbandingan harganya tinggi antara subsidi dengan yang tidak subsidi,” ujarnya. (-)

Editor: SetyoNt

RELATED NEWS