BI Jateng Sediakan Pojok Braille Tempat Baca Bagi Penyandang Tunanetra
Semarang, Jatengaja.com - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah meyediakan pojok braille, tempat khusus membaca bagi para penyandang tunanetra.
Pojok braille yang menyediakan buku-buku bacaan dengan huruf braille untuk tunanetra berada di ruang perpustakaan lantai I Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah (Jateng) di Jalan Imam Barjo Kota Semarang.
“Pojok braille untuk memberikan tempat kepada penyandang tunanetra untuk gemar membaca,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Tengah (Jateng) Rahmat Saputra pada peresmian Pojok Braille, Rabu (13/9).
- Mbak Ita Pastikan Persediaan Air Bersih Kota Semarang Aman Hingga Desember 2023
- Korupsi Jalan Tol MBZ Terkuak
- Telkomsat Perkuat Konektivitas Digital di Papua Pegunungan
- Rilis Riset Kualitas Udara Jakarta Ditunggangi Berbagai Kepentingan Bisnis
- Ini Kata Presiden Jokowi Tentang Kereta Cepat Kemungkinan Lanjut Sampai ke Surabaya
Tahap awal koleksi buku tulisan braille, menurut Rahmat memang belum banyak, yakni sebanyak 25 buku dengan beragam jenis seperti fiksi dan non fiksi.
Ke depan BI Jateng akan bekerjasama dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jateng dan Kota Semarang untuk memperbanyak koleksi buku tulisan braille.
“Harus ada program untuk membraille buku-buku lainnya agar bisa dibaca penyandang tunanetra agar ilmunya dapat diserap mereka,” ujarnya.
Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpus) Kota Semarang, Endang Sarwiningsih Setyawulan menyambut baik peresmian pojok braille Bank Indonesia untuk memberikan ruang baca bagi penyandang tunanetra.
Sementara, Ketua DPD Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Jateng, Indra Kurniawan menyatakan pojok braille Bank Indonesia menjadi variasi literasi membaca bagi penyandang tunatera.
“Nanti akan saya informasikan dan mengajak kepada teman-teman tunanetra agar bisa datang ke pojok braille Bank Indonesia,” katanya
Menurut Indra, selain di BI Jateng perpustakaan yang menyediakan buku dengan huruf braille adalah Perpustakaan Wilayah Jateng di Jalan Sriwijaya dan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Semarang.
“Minat membaca generasi muda penyandang tunanetra memang menurun, lebih senang mendengarkan audio di handphone,” ujarnya. (-)