Beberapa Hari Terakhir Panas, Ternyata Ini Penyebabnya!
Mauna, Jatengaja.com - Beberapa hari terakhir ini terjadi panas yang menyengat. Rupanya ini akibat tingkat rata-rata karbon dioksida (CO2) bulanan di atmosfer mencapai tingkat teringgi dalam sejarah.
Data terbaru ini diambil oleh Mauna Loa Observatory di Hawaii dan dirilis oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), seperti dikutip dari Independent.
Laporan itu mencatat tingkat rata-rata CO2 telah melampaui 420 bagian per juta (ppm). Sebelumnya, beberapa ilmuwan iklim telah memperingatkan untuk menurunkan level CO2 atmosfer di bawah 350 ppm.
Sementara itu, tingkat tertinggi yang tercatat dua puluh tahun lalu adalah 375,93 ppm. Pada tahun 1958, saat para ilmuwan pertama kali mencatat data CO2 di Mauna Loa, tingkat karbon pada bulan tertinggi adalah 317,51 ppm.
- Hadapi Timor Leste, Timnas U-23 Indonesia Dapat Amunisi Baru dengan Bergabungkan Asnawi
- Mau Tahu Kunci Sukses Pengusaha Dunia Bill Gates dan Elon Musk, Simak Artikel Berikut
- Psikolog Polres Purbalingga Dampingi Tiga Bocil Viral Pamer Kemaluan Kepada Pengunung GOR
CO2 pada atmosfer merupakan salah satu penyebab utama krisis iklim yang belakangan semakin parah. Partikel itu mempengaruhi cepatnya pemanasan global dengan memperangkap panas tambahan di atmosfer.
Semakin banyak karbon di atmosfer berarti lebih sedikit panas yang dapat keluar dan planet yang semakin memanas. Salah satu pendorong peningkatan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil di seluruh dunia.
Tingkatan CO2 mengalami naik turun sepanjang tahun dengan level tertinggi terjadi pada akhir musim semi. Penyebabnya adalah saat musim panas di belahan bumi utara datang, tanaman menarik karbon dari atmosfer dan menurunkan tingkat CO2.
Namun, emisi dari transportasi, industri, pembangkit listrik, dan sumber lain seperti penebangan hutan terus mendorong sejumlah besar CO2 ke atmosfer sepanjang tahunnya. Akibat kejadian yang telah terjadi sejak pertengahan abad ke-19 ini lah karbon di atmosfer terus meningkat secara signifikan.
Gas metana yang 20 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2 belakangan telah mencapai 1908,9 bagian per miliar (ppb), naik dari sekitar 1640 ppb pada awal 1980-an.
Sementara itu, dinitrogen oksida, yang ratusan kali lebih kuat sebagai gas rumah kaca dibandingkan CO2, baru-baru ini mencapai 335,2 ppb, naik dari sekitar 316 ppb dua puluh tahun lalu.
Intergovernmental Panel on Climate Change, otoritas dunia untuk krisis iklim memperingatkan bahwa emisi gas rumah kaca perlu dimaksimalkan paling lambat sampai tahun 2025. Dengan begitu, tingkat pemanasan suhu di bumi bisa dipertahankan pada 1,5 derajat Celsius. (-)
Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Fadel Surur pada 09 May 2022