Akhirnya Festival Perang Obor Kembali Digelar

Sulistya - Rabu, 22 Juni 2022 07:07 WIB
Setelah sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi, Festival Perang Obor kembali digelar dalam acara pamungkas sedekah bumi di Desa Tegalsambi, Senin (20/6/2022) malam. (dok/jatengprov.go.id)

Jepara, Jatengaja.com – Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal 2020 lalu, membuat banyak sektor tak bisa dilakukan. Salah satunya berbagai festival budaya daerah yang tidak bisa digelar akibat pembatasan.

Begitu pula tradisi Festival Perang Obor di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Setelah sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi, Festival Perang Obor kembali digelar dalam acara pamungkas sedekah bumi di Desa Tegalsambi, Senin (20/6/2022) malam.

Penjabat (Pj) Bupati Jepara melalui Sekretaris Daerah, Edy Sujatmiko mengapresiasi pelaksanaan perang obor kali ini yang bisa digelar secara samarak. Tidak hanya pelaksanaan aktivitas sosial budaya, melalui event seperti ini Edy berharap, mampu menggerakkan kembali perekonomian masyarakat.

Dia mengaku terkesan dengan dengan masyarakat Tegalsambi, yang senantiasa melestarikan budaya lokal.

Perlu diketahui, perang obor merupakan warisan budaya tak benda (WBTB), yang diakui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI sejak 2021, bersama dengan Pesta Lomban dan Jembul Tulakan.

Inovasi Pemerintah Desa Tegalsambi yang menuangkan perang obor ke dalam bentuk seni lain, seperti Batik Perang Obor dan Tari Obor pun mendapat sambutan positif.

Jadi Kreasi

“Silakan berkomunikasi dengan Disparbud, nanti kita olah menjadi kreasi yang lebih baik,” tutur Edy dalam rilis resminya.

Adapun Petinggi Tegalsambi, Agus Santoso mengatakan, tradisi perang obor merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan tiap Senin Pahing, malam Selasa Pon, di bulan besar atau Dzulhijjah, bertepatan dengan sedekah bumi desanya.

“Ini merupakan bentuk rasa syukur kami. Api obor ini kami percaya mampu mendatangkan kesehatan dan menolak bala,” kata Agus.

Agus menceritakan, perang obor bermula dari legenda Ki Gemblong yang dipercaya oleh Kiai Babadan untuk merawat dan menggembalakan ternaknya. Namun, karena terlena dengan ikan dan udang di sungai, ternak tersebut terlupakan sehingga sakit atau mati.

Kiai Babadan yang tidak terima dengan kelalaian Ki Gemblong, memukul Ki Gemblong dengan obor dari pelapah kelapa. Akibatnya, ia menggunakan obor serupa untuk membela diri.

Tanpa diduga, benturan kedua obor menyebarkan api di tumpukan jerami di sebelah kandang, dan ternak yang awalnya sakit tiba-tiba menjadi sembuh. (-)

Editor: Sulistya

RELATED NEWS