Tekanan Inflasi Mereda Pasca Nataru, Bulan Januari 2025 Jateng Alami Deflasi 0,46 Persen

Selasa, 04 Februari 2025 22:58 WIB

Penulis:SetyoNt

Editor:SetyoNt

bi.jpg
Kepala Perwakilan BI Jateng, Rahmat Dwisaputra. (Jatengaja.com/Istimewa)

Semarang, Jatengaja.com - Tekanan inflasi Provinsi Jawa Tengah (Jateng) pada Januari 2025 menurun, sehingga mengalami deflasi sebesar 0,46 persen (month to month/mtm) yang sejalan dengan nasional yang juga mengalami deflasi sebesar 0,76% pesen (mtm). 

Sedangkan secara tahunan, inflasi Provinsi Jateng sebesar 1,28 persen (year to year/yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,76 persen (yoy). 

Secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami deflasi. Deflasi terdalam berlangsung di Kota Semarang sebesar 0,69 persen (mtm).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng, Rahmat Dwisaputar menyatakan, penurunan tekanan inflasi Januari 2025 terutama dipengaruhi penurunan harga pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil deflasi mencapai sebesar -1,13 persen (mtm).

Serta program pemerintah pemberian diskon 50 persen kepada rumah tangga pelanggan  PT. PLN dengan daya dibawah 2.200 VA yang berlaku selama Januari dan Februari 2025. 

“Andil penurunan harga listrik yang besar terhadap penurunan inflasi menyebabkan deflasi secara umum pada indeks harga konsumen (IHK) periode Januari 2025,” katanya dalam siaran tertulis, Selasa (4/2/2025).

Menurut Rahmat, tekanan inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil inflasi sebesar 0,54 persen (mtm), terutama dipengaruhi oleh harga minyak goreng yang kembali meningkat disebabkan keterlambatan distribusi akibat libur panjang. 

Tekanan inflasi juga terjadi pada komoditas cabai merah dan cabai rawit seiring dengan pasokan yang terbatas karena masih berada pada periode masa tanam.  Panen cabai diperkirakan berlangsung pada Februari/Maret 2025 mendatang. 

Untuk tekanan inflasi pada kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau tertahan penurunan harga komoditas bawang merah seiring dengan panen yang masih terjadi pada sejumlah sentra produksi di Jateng, serta penurunan harga telur ayam ras seiring dengan normalisasi permintaan masyarakat pasca Natal dan Tahun Baru.

“Kenaikan harga beberapa komoditas pangan berpengaruh terhadap peningkatan harga nasi dengan lauk yang mendorong tekanan inflasi pada Kelompok Penyediaan Makanan, Minuman/Restoran hingga mencapai andil sebesar 0,04 persen (mtm),” ujarnya.

Rahmat menambahkan peningkatan tekanan inflasi juga terjadi pada Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 0,03 persen, yang disebabkan kenaikan harga emas perhiasan seiring dengan peningkatan harga emas dunia akibat ketidakpastian global.  Berdasarkan data Trading Economics, harga emas dunia meningkat sebesar 5,22 persen dibandingkan bulan lalu.

Dalam rangka menjaga inflasi berada pada rentang sasaran, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi, termasuk upaya mitigasi dampak deflasi, bagi masyarakat maupun pelaku usaha. 

“Dengan demikian inflasi Provinsi Jawa Tengah dapat terjaga di rentang sasaran 2,5±1%,” kata Rahmat. (-)